AHLAN WASAHLAN DI BLOG PONDOK PESANTREN NUR AL TAUHID MARUNDA JAKARTA UTARA

Rabu, 16 Desember 2020

PENJELASAN ILMIAH BAGI PARA SAHABAT YANG LEBIH MENYUKAI "ULAMA SEJUK" DAN MENJAUHI "ULAMA YANG PANAS/KERAS".



DPENJELASAN ILMIAH BAGI PARA SAHABAT YANG LEBIH MENYUKAI "ULAMA SEJUK" DAN YANG MENJAUHI "ULAMA PANAS/KERAS".
Sangatlah wajar bila seseorang mengidolakan beberapa Ulama yang dia sebut : Ulama Sejuk, tapi sebaliknya dia anti dengan beberapa Ulama yang dia sebut : Ulama Tegas/Garis Keras.
Alasannya ya seperti umum saja, Ulama itu harus bertutur kata lembut, bisa mengajak dan menasehati, bukan membuat orang jadi saling membenci.
Tentu saja sikap ini sangat lumrah khususnya di antara Umat Islam.
Tidak ada yang salah dengan sikap tersebut, lebih menyukai "Ulama-ulama Sejuk". Hanya saja jadi salah kalau dilanjutkan dengan sikap membenci Ulama-ulama yang dianggap Garis Keras.
MAKA KETAHUILAH....
Ajaran Islam itu bukan cuma mengajak ibadah dan menasehati saja tapi ada juga "Melarang".
Setiap orang Islam diwajibkan melakukan Amar ma'ruf dan nahi munkar. Mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Sudah menjadi sifat manusia yang dipenuhi nafsu kalau dia lebih senang diajak daripada dicegah. Lebih suka dinasehati daripada dilarang, seperti anak kecil kalau kita beri tahu masih mau diam dan mendengarkan tapi kalau kita ambil mainannya langsung berteriak menolak.
Pemabuk, Penjudi, Agen Narkoba, Koruptor dan Penjahat lainnya tidak akan marah kalau cuma diajak sholat, bersedekah, zakat dan berpuasa. Bahkan mungkin mereka akan siap bersedekah dan mengeluarkan zakat dalam jumlah yang banyak. Paling tidak mereka anggap mengurangi dosa.
Tapi Pemabuk, Penjudi, Agen Narkoba, Koruptor dan Penjahat lainnya akan melawan kalau dilarang Mabuk, dilarang Berjudi, dilarang Narkoba, dilarang Korup dan dicegah berbuat jahat lainnya.
Makanya wajar kalau Pemabuk, Penjudi, Agen Narkoba, Koruptor dan Penjahat lainnya lebih senang dengan "Ulama Sejuk" yang cuma menasehati daripada "Ulama Garis Keras" yang akan melarang dan mencegah aktifitas dosa mereka.
Jadi beban Ulama-ulama yang berani berceramah untuk mencegah kemungkaran jauh lebih berat dan beresiko daripada Ulama yang lebih memilih "ceramah sejuk".
Ulama-ulama Sejuk biasanya juga akan disukai oleh Penguasa, sebaliknya Ulama-ulama yang berani "nahi munkar" akan dibenci oleh Penguasa. Karena Penguasa dan Kekuasaan (maaf) biasanya "identik" dengan kezaliman dan orang-orang zalim akan salah dalam memimpin negara.
Kalau penjelasan diatas sudah bisa dipahami, kembali ke permasalahan.
Masalahnya, kenapa kita-kita yang bukan Penjahat juga ikut keberatan dengan "Ulama Tegas/Garis Keras”. Yang pasti marah itu mereka yang maksiat, yang pasti melawan itu mereka yang maksiat, eh orang baik-baik juga ikut marah, kan aneh ?
Bagi saudara-saudara Muslim (atau yang mengaku Islam) yang cuma mencintai Ulama-ulama Sejuk dan sebaliknya membenci "Ulama yang Tegas/Garis Keras", menurut saya Keimanan dan Keislaman anda baru menjalankan separuh perintah agama.
Karena seseorang yang cuma mempercayai sebagian isi Al-Quran (nasehat dan ajakan) dan Sebagian yang lain (ayat-ayat yang melarang) tidak mau di ikuti, maka dia belum masuk secara kaffah (keseluruhan). Masih sama seperti hal nya orang yahudi dan nasrani yang menerima sebagian perintah Allah dan menolak sebagian yang lainnya.
Mudah mudahan penjelasan ini bisa mendudukan permasalahan secara benar dengan berfikir pakai akal yang sehat.
Kalau ada yang bertanya
"Tapi Ulama garis keras itu menimbulkan perpecahan. Dia menjelek-jelekkan iman orang lain?", kata seorang Sahabat Non Muslim yang keberatan.
Semua Agama pasti memiliki ajaran tentang keimanan yang ada dalam aturan agama masing-masing. Di dalam agama Islam misalnya, orang yang di luar Islam disebut Kafir (sebutan halus, secara bahasa artinya "tertutup" : maksudnya hatinya tertutup dari Hidayah Allah).
Mungkin sebagian saudara-saudara Non Muslim keberatan, bahkan lucunya sebagian yang mengaku Muslim juga keberatan. Kemudian Ulama yang mengucapkan kata-kata Kafir dianggap radikal. Padahal kata-kata "Kafir" itu justru kata yang ada pada semua agama, bahkan dalam islam menjadi nama salah satu Surah dari Al-Quran (Surah Al-Kaafiruun, yang mana ujung ayat Surah ini : Lakum Diinukum Waliyadiin, "Bagimu agamamu & bagiku Agamaku") yang merupakan Kitab Suci Bagi Umat Islam. Apakah kitab Al-Quran mau kalian tuduh Kitab Radikal?"
Yang Ulama ucapkan bahwa yang tidak beragama islam adalah kafir itu dari Al-Quran yang merupakan aturan agama. Pasti di dalam kitab agama lain juga ada aturan yang sama bahwa manusia yang tidak ikut agama tersebut juga dikatakan kafir. Semuanya tidak ada yang salah karena mengikuti aturan agamanya.
Justru yang salah adalah anda sebagai orang non muslim "Ngapain mendengarkan kajian dan ceramah dari Pemuka Agama Islam yang bukan anda anut dan percayai...?".
Kalau Presiden Amerika berpidato di depan rakyat Amerika, menganggap Negara mereka paling hebat, Polisi Dunia, Pemimpin Dunia, jauh di atas Negara-negara Non Amerika, kita orang Indonesia tidak boleh protes. Kita tidak bisa menganggap Presiden Amerika melecehkan Indonesia. Kecuali Presiden Amerika Pidatonya di Jakarta, Baru kita tersinggung.
Umat islam tidak pernah protes pada Pemuka Agama lain, karena tidak pernah diajarkan untuk mendengar apalagi sampai menonton Ceramah Pemuka agama lain. Kalaupun ada Ceramah Pemuka agama di luar Islam yang menganggap orang islam itu kafir, tidak ada masalah, itu biasa saja. Karena memang benar orang islam itu kafir menurut agama lain.
WAHAI SAUDARA MUSLIM
Maka sikap terbaik kita adalah menyukai keduanya, yaitu Ulama sejuk maupun Ulama garis keras, karena Ulama adalah Warosatul Anbiya (PEWARIS PARA NABI).
WAHAI SAUDARA NON MUSLIM
Mari kita dukung siapa saja orangnya atau kelompok yang berani mencegah perjudian, protitusi, tempat mabuk, korupsi dan yang lainnya, karena tidak ada satupun agama yang mengajarkan pengikutnya untuk melakukan itu semua, maka harus ada orang atau kelompok yang berani mencegah dan membubarkan itu semua. APABILA sudah seperti keadaan zaman ini, dimana aparat penegak hukum tidak lagi bisa menyelesaikan maka harus ada diantara kita yang bangkit untuk membantu memberantas itu semua.
Kalau sikap kita bisa objektif yang didasari keberagamaan yang benar maka ulama atau siapa saja yang berani NAHI MUNKAR harus kita dukung, karena sesuai dengan ajaran semua agama dan sesuai dengan DASAR NEGARA INDONESIA YAITU BERKETUHANAN YANG MAHA ESA.
Maka bisa kita simpulkan kalau ada yang tidak menyukai ulama atau kelompok yang berani NAHI MUNKAR maka jelas dia bagian dari pelaku maksiat tersebut atau bisa juga orang yang tidak beragama.
Mari ubah mind set kita agar bisa proporsional dalam menyikapi para Ulama.

Minggu, 06 Desember 2020

ISLAM ADALAH AGAMA PARA NABI DAN RASUL


Beberapa kalangan beranggapan bahwa Nabi yang pertama kali membawa agama Islam adalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sedangkan nabi-nabi terdahulu, menurut mereka, membawa agama yang berbeda-beda.

Menurut mereka, Nabi Ibrahim alaihissalam beragama tauhid, tidak beragama Islam, dan Allah menurunkan kepada Nabi Musa dan Isa alaihimassalam agama Yahudi dan Nashrani, bukan agama Islam. Anggapan seperti ini tentu tidak benar karena tidak sejalan dengan ayat-ayat Alquran dan hadis yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama semua nabi dan rasul. 

Agama para Nabi dan Rasul adalah Islam , Allah berfirman : 

 

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسلامِ دِيْنًا فَلَنْ يُقْبَلُ مِنْهُ وَهُوَ فِى الاَخِرَةِ مِنَ الخَاسِرِيْن 

سورة ءال عمران ٨٥ )

Maknanya : " Barang siapa mencari Agama selain agama Islam, maka sekali - sekali tidaklah akan diterima ( agama itu ) darinya, dan dia di ahirat termasuk orang-orang yang rugi ".( Q.S Ali 'Imron: 85 ) 

Allah ta'ala juga berfirman 

اِنَ الدِّيْنَ عِنْدَ اللَّهِ الإسلامِ ( ١٩ ) سورة ءال عمران 

Maknanya : " sesungguhnya ( satu-satunya) Agama ( yang diridloi ) menurut Allah hanyalah Islam". ( Q.S Ali ' Imron :19 ). 

 

Islam adalah agama yang diridhoi Allah untuk dianut para hambanya dan Allah memerintahkan kita untuk mengikutinya.


Seluruh para nabi adalah muslim, orang yang mengikuti nabi Musa disebut muslim Musawi, orang yang mengikuti nabi Isa disebut muslim 'Isawi , dan boleh dikatakan untuk orang yang mengikuti nabi Muhammad muslim Muhammadi. 

Sejak Nabi Adam as manusia seluruhnya memeluk satu agama yaitu Islam. Syirik dan kekufuran kepada Allah baru terjadi setelah wafatnya nabi Idris 'alaihissalam. 

Dengan demikian, maka nabi Nuh adalah nabi pertama yang diutus kepada orang-orang kafir, beliau mengajak kaumnya untuk menyembah Allah yang esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan Allah telah memperingatkan umat manusia setelahnya dari bahaya kesyirikan. 

Islam berlanjut diperkenalkan oleh Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya. 25 nabi dan rasul tidaklah berbeda agamanya, karena aqidah agama islam "La nufarriqu baina ahadin min hum."

"Sejak nabi pertama, Nabi Adam hingga nabi terakhir Rasulullah seluruhnya menyatakan dirinya sebagai Muslim. "Wa  nahnu lahu muslimuun”, ayat itu sesuai surat Al-Baqarah ayat 136 dan juga surat Al-Imran ayat 84,"

Surat Al-Baqarah ayat 136 yang artinya:  

قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

"Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." 

Berarti dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa, seluruh Nabi dan Rasul hanya membawa satu ajaran Allah yakni agama Islam yaitu, innaddina indallahil Islam (QS Ali Imran: 19).

Wasiat yang diturunkan dari rasul ke rasul ialah tegakkan agama. Prinsip ajaran agama yang dibawa Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad ialah keesaan Tuhan, percaya adanya kitab suci, serta percaya ada takdir baik dan buruk. Para nabi semua sepakat dan semua mengajarkan itu

Dalam surat Al Anbiya ayat 25 Allah berfirman

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Artinya Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

Allah berfirman, tentang Nabi Nabi Nuh 'alaihis salam 

وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Dan aku diperintahkan untuk menjadi muslim.” (QS. Yunus: 72)


Allah berfirman tentang Nabi Ibrahim,

إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

“Ketika Tuhannya berfirman: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam” . (QS. Al-Baqarah: 131).


Allah berfirman tentang Nabi Ya'qub, ketika beliau berwasiat kepada putra-putranya,

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۗ

Artinya Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

 Allah berfirman tentang Nabi Musa alaihis salam

يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ

Berkata Musa: Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang muslim. (QS. Yunus: 84)

Allah juga berfirman tentang Nabi Isa 'alaihis salam

آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

“Saksikanlah bahwa sebenarnya kami adalah orang-orang muslim.” (QS. Ali Imran: 52)

 

Kemudian Nabi Muhammad -Shollallahu 'alaihi wasallam- datang untuk memperbarui dakwah kepada agama Islam setelah terputus dari manusia di bumi. Nabi dikuatkan dengan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kenabiannya, sehingga kemudian sebagian ada yang masuk Islam. Namun orang-orang yang sesat menentang kenabiannya, diantara mereka memang sebelumnya telah musyrik seperti kelompok Yahudi yang menyembah 'Uzayr , sehingga bertambahlah kekufuran mereka dari kekufuran sebelumnya.

 

Sebagian dari ahli kitab Yahudi dan Nasrani ada yang beriman kepada Nabi Muhamad saw seperti Abdullah bin Salam, seorang ulama' Yahudi di Madinah dan Ashamah an-Najasy raja habasyah yang dahulunya dia seorang Nasrani, kemudian mengikuti Rosulullah dengan sempurna lalu meninggal di masa Rasulullah masih hidup dan Rasulullah melakukan shalat ghoib untuknya ketika ia meninggal. Allah mewahyukan kepada Nabi Muhamad saw tentang kematiannya, kemudian setelah itu sering terlihat cahaya diatas kuburannya di malam hari, dan ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa Ashamah telah menjadi muslim yang sempurna imannya , menjadi salah seorang wali Allah , semoga Allah meridhoinya. 

Orang liberal mengklaim, bahwa Ibrahim adalah bapak dari 3 agama: Islam, Yahudi, dan Kristen. Jelas ini klaim yang tidak sesuai fakta. Telah Allah bantah dalam al-Quran.

Maka berhati-hatilah dengan label Agama Samawi (langit) yang mereka sebarkan ke seluruh dunia, mereka menipu generasi demi generasi agar dianggap sebagai agama yang datang dari Allah, lalu manusia bebas memilih agama yang mana saja karena semua agama itu dari Allah.

Maka ketahuilah bahwa tidak ada agama samawi (langit), seperti apa yang telah disebarkan oleh orang yahudi dan nasrani yang mendapatkan dukungan dari kelompok liberal. Yang ada itu adalah Kitab Samawi (langit) yaitu Taurat, Zabur, Injil dan Alquran, yang mana semua kitab itu diturunkan untuk orang islam.

Untuk menguatkan kebohongan, mereka menjadikan kitab suci sebagai bukti, bahwa agama yahudi dengan kitab taurat dan agama nasrani dengan kitab injil adalah agama yang datang dari Allah dan dibawa oleh para Nabi. 

Padahal kitab yang mereka pegang telah dipenuhi campur tangan para Rabi dan Uskup dengan menambahkan dan mengurangi isinya agar sesuai dengan apa yang mereka ajarkan, yang mana ajaran mereka telah jauh keluar dari ajaran para Nabi.

Kebohongan ini bukan hanya tersebar di mensos atau media lainnya saja tapi sudah masuk ke pelajaran di sekolah. Hingga generasi milenial sekarang sudah terjebak ke dalam kebohongan ini.

Maka kita perlu gencar melawan kebohongan ini dan menyampaikan informasi yang sebenarnya agar generasi anak kita dan generasi setelahnya bisa selamat hingga mereka hanya memilih islam sebagai agamanya.

Pilar keislaman yang menghimpun dan menyatukan seluruh orang Islam adalah beribadah hanya kepada Allah saja. 

 

Rabu, 11 November 2020

7 BUKTI BAHWA ALAM SEMESTA INI BARU (BERAWAL) DAN PASTI DICIPTAKAN




Bismillah, alhamdulillah, wa solatu wa salamu ala rosulillah

amma ba'du


Munurut kaedah pemikiran Akal, bahwa sesungguhnya Wujud atau perkara yang ada itu hanya dua. Yaitu :

 

1.Wujud yang tidak menerima tiada.

2.Wujud yang menerima tiada.

 

Yang pertama di sebut Wajib Wujud

Yang kedua di sebut Jaiz Wujud atau Mungkin Wujud.

 

Wajib wujud itu adalah Zat Allah dan sifat-sifat Allah SWT yang tidak berawal dan berakhir.

 

Jaiz wujud itu adalah seluruh alam semesta yang hanya berisi 2 perkara, yaitu :

1. Zat alam berupa benda atau materi yang bertempat pada ruang secukup dirinya, biasa disebut JIRIM atau benda/materi.

2. Sifat alam berupa sifat yang selalu berubah, biasa disebut dengan ARODH.

 

Wajib wujud adanya tidak butuh diciptakan, karena dia tidak pernah tiada.

Jaiz wujud rupanya alam semesta ini adanya pasti baru yaitu tadinya tiada lalu berubah menjadi ada. Setiap perkara yang baru pasti diciptakan, tidak mungkin muncul dengan sendirinya. 

Banyak diantara orang yang disebut pemikir mengatakan bahwa alam ini baru tapi tidak diciptakan. Disini akan kita buktikan bahwa alam semesta ini baru dan setiap yang baru pasti diciptakan.

 

Caranya kita lihat alam yang isinya Jirim dan ‘Arodh, karena hanya dari sinilah kita akan menetapkan alam semesta ini baru, yang pada akhirnya setelah kita bisa membuktikannya akan menjadi jalan untuk makrifat kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Sebatas inilah pengetahuan manusia tentang Tuhannya.

 

Ada 7 (tujuh) cara untuk mengetahui kemahlukan atau kebaharuan Alam (jirim dan aradh) :

 

1.    Ziida Mengetahui bahwa pada setiap benda (jirim) itu pasti mempunyai sifat yang berubah (aradh), seperti sifat gerak dan diam. 

Contohnya mobil bergerak maka mobil adalah benda/materi dan bergerak adalah sifatnya yang merupakan perkara selain benda/materi.

Maka bedakanlah tentang hal ini, antara Arodh itu sifat sedangkan benda/jirim adalah dzat.

Maka dipastikan setiap zat pasti punya sifat.

2.    Ma qooma Mengetahui bahwa sifat (aradh) pada setiap benda itu tidak bisa berdiri sendiri.

Apakah ada orang yang berakal pernah menyaksikan adanya sifat benda (aradh) tanpa ada bendanya (jirim) ??? Kita ambil contoh sifat benda yang sudah di pahami tanpa perlu mencari, seperti GERAK dan DIAM. Apakah pernah terjadi sifat gerak atau sifat diam muncul tanpa menempel pada sebuah benda ???

Maka dipastikan setiap sifat tidak bisa berdiri sendiri.

3.    Ma intaqola Mengetahui bahwa sifat (arodh) yang ada pada satu benda itu tidak bisa pindah ke benda (jirim) yang lain. 

Ketika sebuah benda (jirim) A sedang bergerak kemudian berganti menjadi diam, gerak yang tadi sudah tidak ada lagi pada benda (jirim) A tersebut, maka tidak mungkin sifat gerak tadi berpindah ke benda (jirim) lain. 

Seperti halnya penyakit menular yang pindah dari satu tubuh ke tubuh lain. Ini tidak mungkin terjadi, karena berpindah dari satu benda ke benda yang lain itu memungkinkan sifat itu berdiri sendiri yaitu setelah dia keluar dari wujud yang satu dan belum sampai pada wujud kedua, maka ini menyalahi pembuktian ke 2 diatas bahwa sifat (arodh) tidak bisa berdiri sendiri.

Maka dipastikan bahwa apabila sifat yang baru muncul pada sebuah benda maka sifat yang lama pasti tiada.

4.    Ma Kaamina Mengetahui bahwa gerak tidak bersembunyi pada jirim yang diam dan begitu sebaliknya, diam tidak bersembunyi pada jirim yang gerak.

Karena gerak dan diam adalah dua sifat yang saling berlawanan. Artinya tidak bisa di katakan "jirim itu sedang bergerak dan diam" (secara bersamaan dalam satu waktu).

Maka dipastikan bahwa apabila sifat yang baru muncul pada sebuah benda maka sifat yang lama pasti tiada.

5.    Ma infakka Mengetahui bahwa Jirim dan Aradh tidak bisa saling berpisah.

Tidak mungkin ditemukan, bahwa ada jirim tanpa arodh atau sebaliknya, karena itu mustahil. Apabila sifat A telah berdiri pada satu benda maka keduanya tidak bisa dipisahkan. Apabila sifat A itu tiada maka benda itupun akan ikut tiada secara bersamaan, karena keduanya saling terkait (mulazamah)

Maka dipastikan zat dan sifat keduanya selalu terikat (lazim) apabila satu tiada maka yang lain juga tiada.

6.    La udma Qodima Mengetahui bahwa sesuatu yang Wujud dan telah di ketahui adamnya, tak bisa di sebut wajib wujud atau qodim (tidak berawal)

Karena Qodim itu tidak pernah Adam. Adapun aradh yang telah kita saksikan Adam (tiada) nya setelah wujud, maka dia bukanlah Qodim. Kalau bukan qodim, tentu dia adalah Baru. Karena tidak ada tengah antara ke duanya. Begitulah cara berfikir yang benar.

Maka dipastikan bahwa arodh itu wajib baru karena pernah tiada maka jirim tentu mengikuti, sama-sama wajib baru karena keduanya saling terkait (mulazamah).

 

7.    La khiina Mengetahui mustahilnya hawadits tidak berawal. Kalau di tetapkan bahwa arodh itu wajib baru karena pernah tiada maka jirim tentu mengikuti, sama-sama wajib baru karena keduanya saling terkait (mulazamah). 

Maka dipastikan bahwa setiap zat yang mempunyai sifat baru maka zat itu juga pasti baru yaitu ada permulaannya, mustahil tidak berawal.

 

Mengapa perlu diketahui? Karena sebagian kaum mengatakan (setelah mendengar beberapa hujjah di atas) bahwa alam ini adalah sebuah perkara Baru tetapi tidak bermula. Aneh memang, tapi itulah kenyataan yang keluar dari mulut mereka kaum Falasifah, Wahhabiyyah Mujassimah, Mu'tazilah dan lain sebagainya. Mereka mengatakan bahwa sebelum benda/materi itu ada, sifat gerak atau diam sudah terlebih dahulu muncul, keduanya sudah ada sebelum benda. 

Kata filosof “Tidak ada gerak kecuali ada gerak sebelumnya, begitu seterusnya sampai tak terhingga. Begitu juga sesudah gerak atau diam bahwa tidak ada gerak atau diam kecuali sesudahnya juga gerak atau diam, begitu sesamanya”. 

Seperti contohnya bumi ini berputar maka putaran yang sekarang didahului putaran yang sebelumnya begitu seterusnya, hingga mereka katakan putaran bumi ini Qodim. Itulah yang mereka maksud dengan perkara hawadits/baru yang tidak bermula alias Qodim. 

Kita katakan pada mereka "Dimanakah keberadaan gerak/diam yang kalian katakan qodim itu sebelum bumi ini ada ? Berpisah dari bumikah ? atau Bersembunyikah dia ? atau menunggu kedatangan bumi dengan berdiri sendiri ? atau bumi serta geraknya itu Qodim ? Semua itu Mustahil terjadi dengan dalil diatas.

Dari tujuh argumentasi tentang barunya alam semesta diatas bisa kita simpulkan menjadi 2, yaitu :

Pertama ada 3 argumentasi untuk membuktikan benda (jirim) itu baru yaitu dalil nomer 1, 5 , 7.

Kedua ada 4 argumentasi untuk membuktikan sifat (arodh) itu baru yaitu dalil nomer 2, 3, 4, 6.

Apabila alam semesta telah dibuktikan seluruhnya wajib baru maka alam semesta juga pasti diciptakan. Apa buktinya ???

Buktinya bahwa sesuatu yang baru adalah sesuatu yang dulunya tiada lalu berubah menjadi ada. Maka posisi keduanya dalam keadaan seimbang antara adanya dan tiadanya. Bagaikan sebuah timbangan yang sama posisi kedua bejananya. Maka kedua posisi yang seimbang itu tidak akan bisa saling mengungguli yang lainnya dengan sendirinya. Karena apabila salah satunya bisa naik sendiri maka bejana lainpun akan bisa naik sendiri, akan terjadi keduanya naik secara bersamaan maka ini super mustahil, karena akan terkumpul dua perkara yang berlawanan pada satu benda.

Kesimpulannya sebuah timbangan yang seimbang kedua sisinya apabila naik salah satunya pasti karena ada yang menentukan sisi mana yang akan naik.

Alam semesta ini sebelum adanya dalam keadaan seimbang, maka pasti ada sang penentu yang bisa memilih untuk memunculkan salah satunya yaitu antara adanya atau tiadanya. Sang penentu itu adalah ALLAH swt sebagai kreator  yang mendesain alam semesta dan seluruh isinya.

Adapun nama sang pencipta yang mendesain alam semesta ini adalah ALLAH maka itu tidak dihasilkan dengan argumentasi akal tapi itu datang dari seorang Nabi yang menjadi utusan untuk memberitakan nama Allah dan yang lainnya.

 

Itulah penjelasan singkat tentang bait yang telah masyhur di kalangan para pakar ilmu tauhid yang berbunyi :

 

مَاانْفَكَّ لاَ عُدْمَ قَدِيْمَ لاَ حِنَا   #  زِيْدَ مَاقَامَا مَاِنْتَقَلَ مَاكَمِنَا

(ziida ma qoma ma intaqola ma kaamina ma infakka la udma qidima la khina)

 

Tujuh pengetahuan tersebut di kenal oleh para ulama ahli kalam Ahlu Sunnah dengan sebutan Matholibus Sab'ah (tujuh pencarian). Di katakan bahwa barang siapa yang mengetahui matholib sab'ah tersebut maka dia selamat dari tujuh pintu neraka jahannam. Berfikirlah wahai saudaraku...

Makrifat kepada Allah itu tidaklah susah, Cukup kenali diri kita sendiri. Kenali bahwa diri kita terdiri dari Jirim dan Aradh, lalu kenali apa yang wajib, mustahil dan jaiz pada keduanya. Insya Allah kita mendapatkan akidah yang bersih yang dapat bermanfaat kelak di ahirat dengan anugrah Allah subhanahu wa ta'ala.

Waffaqoniyallah Wa iyyakum li mardlotihi... Amiin....

 

 


Selasa, 10 November 2020

PERBUATAN YANG TIDAK DILAKUKAN NABI, HARAMKAH KITA MENGERJAKANNYA ?





Di antara orang yang mengatakan maulid adalah bid’ah karena acara maulid tidak pernah ada di zaman Nabi, sahabat atau kurun salaf. Pendapat ini muncul dari orang yang tidak faham bagaimana cara mengeluarkan hukum (istimbat) dari Al-Quran dan as-Sunah.

Sesuatu yang tidak dilakukan Nabi atau Sahabat –dalam term ulama usul fiqih disebut at-tarku dan tidak ada keterangan apakah hal tersebut diperintah atau dilarang maka menurut ulama ushul fiqih hal tersebut tidak bisa dijadikan dalil, baik untuk melarang atau mewajibkan.

Al-Imam Syekh Abdullah al Ghomariy mengatakan ; “Setiap perkara apapun yang ada landasannya dari Syara’ maka itu bukan bid’ah. walaupun tidak dikerjakan oleh Salaf”

[Husnu At-Tafahum wa Ad-Dark fiy Masail At-Tarku]

Dalam kitab lain disebutkan, ”Setiap perkara yang memiliki landasan Syara’ dan walaupun tidak dikerjakan oleh Salafu Shaleh, maka itu tidak buruk”.

[Mafhum Al-Bid’ah ‘Inda Ulama’ Al-Ummah]

Kaidah Ushul mengatakan, “apa yang ditinggalkan tidak menunjukkan bahwa sebuah perbuatan terlarang (haram)”

Untuk menunjukkan sesuatu itu haram, Alquran dan sunnah menggunakan lafazh-lafazh larangan, tahrim atau ancaman siksa (‘iqab), seperti:

ولا تقربوا الزنا الإسراء :

Artinya “…dan janganlah engkau dekati zina…”(Al-Isra:32)

ولا تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل البقرة

Artinya “…dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan cara yang batil…”(Al-Baqarah:188)

حرمت عليكم الميتة و لحم الخنزير المائدة

Artinya “Diharamkan atasmu bangkai dan daging babi…”(Al-Maidah:3)

Dari nash-nash di atas, para ulama mengistimbat hukum bahwa zina, memakan harta orang lain secara batil, memakan bangkai dan babi serta berbohong adalah haram. Dan tidak pernah di dalam istimbat hukum, para ulama kita menggunakan tarku Nabi (sesuatu yang ditinggalkan atau tidak dikerjakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) sebagai hujjah untuk mengharamkan sesuatu.

Perhatikan ayat dan hadits berikut ini:

وما أتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا الحشر:


“…dan apa-apa yang Rasul datangkan kepadamu maka ambillah dan apa-apa yang Rasul larang maka tinggalkanlah…”(Al-Hasyr:7)

Dari ayat di atas sangat jelas bahwa kita disuruh meninggalkan sesuatu jika dilarang Rasul, bukan ditinggalkan atau tidak dilakukan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa salam .

Coba perhatikan bunyi ayat di atas: وما نهاكم عنه bukan وما تركه.

Kemudian coba perhatikan hadits berikut ini:

قال قا ل صلى الله عليه و سلم: ما أمرتكم به فأتوا منه ما ستطعتم وما نهيتكم عنه فاجتنبوه رواه البخاري

Nabi Saw bersabda: “Apa yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampumu dan apa yang aku larang maka jauhilah !”

Dari hadits di atas sangat gamblang bahwa bunyi haditsnya:
وما نهيتكم عنه” dan bukan وما تركته فاجتنبوه

Para ulama ushul fiqih mendefinisikan sunnah (السنة) sebagai: perkataan (القول), perbuatan (الفعل) dan persetujuan (التقرير) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bukan tarku-nya (الترك). Jadi siapapun yang melakukan sesuatu dan sesuatu itu tidak pernah dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa dikatakan dia telah bertentangan dengan sunnah, sebab tarku bukan bagian dari sunnah.

Para ulama ushul fiqih telah bersepakat semuanya bahwa landasan hukum (hujjah) untuk menentukan sesuatu itu wajib, sunnah, mubah, haram dan makruh dengan empat landasan hukum yaitu: Alquran, sunnah, ijma’ dan qiyas. Dan tidak pernah at-tarku dijadikan sebagai landasan hukum (hujjah).

Jika ada yang mengatakan bahwa ada ”Sunnah Tarkiyyah” maka itu jelas-jelas telah menambah-nambah dan membuat-buat dalil dalam agama dan itu bid’ah dhalalah.

Selaras dengan apa yang disampaikan oleh Imam Syafi’i, Imam Abu Muhammad Abdullah Qutaibah didalam Al-Ikhtilaf fi Lafdzi wa Ar-Rad ‘alaa Al-Jahmiyyah wa Al-Musyabbihah : “perbuatan membid’ahkan pendapat yang masih bersandarkan hujjah dalam agama Allah adalah bid’ah”.

Wassalam,

Disarikan dari tulisan Mahasiswa Universitas Al Azhar Kairo Fakultas Syariah Wal Qanun dengan beberapa penambahan.

Referensi ;

– Kitab Husnut-Tafahumi wa Ad-Darki Limas’alatit-Tark
– Mafhum Al-Bid’ah ‘Inda Ulama’ Al-Ummah.

 


 

 


 

 

Jumat, 06 November 2020

Bagi yang Haus Kemurnian Agama Maka Belajarlah Ilmu Tasawuf | 2

 




Sekarang akan kita perluas pembahasan tentang ikhsan dalam ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya. 

Tidak akan berhasil seseorang mengerjakan perintah ikhsan ini kecuali dengan beberapa sarana dan tahapan


1. Dengan akal yang sehat dan keimanan yang benar
2. Anggota badan yang telah tunduk dan patuh pada semua perintah,
3. Hati yang bersih dari segala kekotoran.
3. Memahami hubungan antara ciptaan dan penciptanya,
4. Selalu menyadari bahwa iman yang ada pada dirinya adalah karunia Allah 5. Selalu memuji Allah setiap melakukan ketaatan dan ibadah.

       Lalu bagaimanakah perjalanan ikhsan ini ? dan dari mana harus dimulai?

          Sesungguhnya perjalanan ikhsan ini adalah perjalanan bagi orang yang banyak mengingat Allah, selalu berfikir tentang bukti kekuasaan Allah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan menjaga hati dan akal dari perkara yang bisa melupakannya pada Allah SWT. Jalan yang terbaik untuk bisa cepat sampai pada kedudukan ini adalah 

1. Dengan melanggengkan dzikir (solat daim), 
2. Selalu mendekatkan diri kepada Allah, 
3. Selalu menghubungkan segala nikmat yang diperoleh kepada Allah, 
4. Selalu menyadari bahwa setiap nikmat yang datang pada dirinya adalah anugerah dari Allah  dan murni atas pilihan Allah sendiri. 
    

    Sangatlah jelas bahwa kenikmatan yang diberikan Allah kepada hambanya itu tidak pernah putus, dari detik ke detik. Sesungguhnya manusia itu adalah hamba yang sangat dimuliakan oleh Allah, bumi sebagai tempat tinggalnya telah dipenuhi dengan jutaan kenikmatan, langit sebagai atapnya telah dipenuhi dengan jutaan kenikmatan dan manusia dari atas kepala hingga kakinya dipenuhi dengan kenikmatan. Dan semua kenikmatan itu selalu berubah berganti dengan kenikmatan baru hingga tidak akan bisa dihitung jumlahnya.

    Apabila seorang hamba kembali dalam kesadarannya dan bisa mengingat kenikmatan yang diberikan oleh Allah sebagai anugerah pada dirinya, baik ketika menerima setiap kenikmatan itu atau ketika mengingat salah satunya, dan selalu menyadari semua kebaikan dari Allah maka akan muncul rasa cinta di hatinya kepada Allah zat yang selalu memberikan kebaikan. Karena sesungguhnya jiwa manusia itu akan terikat dan tertarik untuk mencintai orang yang selalu berbuat baik pada dirinya. Dan ketika seorang hamba terus tenggelam bersama kebaikan kebaikan Allah, selalu mengingat dan memikirkannya maka akan bertambah pula rasa cinta dan pengagungan kepada Allah SWT.

     Kemudian cinta yang kuat ini akan berperan sangat besar dalam kehidupan seseorang, dia bisa mematikan keburukan yang ada dalam hati, bisa menahan gejolak di dalam diri dan bisa membatasi perasaan yang muncul dalam hati, yang mana kecintaan kepada Allah ini nanti akan nampak jelas pada dirinya dan membuahkan penyaksian kepada Allah.

    Maka akan mencairlah kefanatikan dalam diri dan dokrin yang tertanam dalam hati, dan akan kembali sang memimpin diri yang mana sebelumnya dia terbelenggu oleh hawa nafsu, dan akan melemah naluri perasaan yang mengendalikan pergerakan anggota badannya. Maka dia akan menjadi manusia beriman yang bersih hatinya, yang mana Allah mensifati mereka dalam surat Al Baqoroh 165


وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ

Artinya Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.

          Apakah tergambar seseorang yang sangat cinta yang kepada Allah tidak melakukan solat dengan baik, maksudnya dia tidak sadar bahwa Allah menyaksikan dirinya ketika dia menghadap kepada Allah, ketika dia ruku’, ketika dia sujud ? atau apakan tergambar masih muncul dalam solatnya kesibukan memikirkan dunia di dalam hatinya, naluri perasaannya membawa dia lupa mendekatkan diri kepada Allah dan lupa kalau keselamatan dirinya ada dalam kekuasaan Allah SWT ?

           Jawabannya pasti tidak akan tergambar keadaan seperti itu terjadi pada seorang hamba yang cinta kepada Allah, selama cara ini terus di jalankan dan di lakukan. Sungguh benar-benar muncul keadaan baru di dalam hati seseorang yang akan diperolehnya dengan jalan selalu mengingat Allah, yang disebut dengan IKHSAN. Muncul diantara bangunan keimanan yang berpusat di dalam akal dan bangunan islam yang di kerjakan oleh anggota badan.

     Sekarang telah jelas, siapa lagi kiranya orang yang tidak tahu bahwa sesungguhnya perintah ikhsan yang telah disampaikan oleh Rasulullah adalah pintu untuk kesempurnaan islam, bahkan tidak hanya itu tapi menyeluruh hingga pada kesempurnaan iman dan islam !!! bukankah menjalankan rukun islam tanpa rukun ikhsan adalah sama seperti tubuh tanpa ruh atau seperti patung yang tidak bergerak ?

        Lalu apakah bisa di samakan antara orang yang benar-benar membangun islam dengan orang yang berpura-pura dan hanya basa basi, dia masih tenggelam di dalam kubangan hawa nafsu dan syahwatnya, masih tunduk pada segala keinginannya dan berpegang kepada doktrin. Pada kenyataannya banyak terlihat dalam kehidupan manusia yang masih demikian. Ini terjadi karena hubungan antara akalnya orang mukmin dengan ketundukan diri sebagai orang islam terputus atau tidak ada. Tidak muncul diantara keduanya perjalanan ikhsan, yang mana tidak akan bisa seseorang sampai pada kedudukan ikhsan ini kecuali dengan jalan memperbanyak mengingat Allah dan cara mengingatnya adalah dengan pendekatan yang selalu diperbaharui.

Apabila telah jelas bahwa jalan untuk bisa sampai menjadi orang yang beribadah dengan ikhsan adalah selalu mengingat Allah, karena itu merupakan cara yang paling baik untuk bisa mendatangkan kecintaan kepada Allah, yaitu jalan yang penuh dengan pengekangan diri dan pembersihan nafsu.

Lalu apakah ada seorang muslim yang meremehkan pengobatan jiwa dengan cara ini, apalagi menolak dan memasukkannya dalam kelompok ajaran bid’ah dan perkara baru yang dibuat-buat.

 

Bagaimana mungkin seorang muslim yang sungguh-sungguh dalam membangun keislamannya akan mengingkari cara ini, sedangkan di dalam alquran begitu banyak ayat memerintahkan untuk berzikir, sebagai peringatan bagi orang yang lalai, begitu banyak ayat yang memerintahkan agar kita menetapi jalan pensucian dan pembersihan hati dari segala macam kekotoran hati yang dinamai oleh Allah “MAKSIAT HATI”.

 

Apabila datang seseorang membawa petunjuk untuk murid-muridnya dan menolong mereka dengan mengikuti jalan yang diajarkan, yaitu jalan menuju pemberihan hati dengan cara tertentu hingga bisa menjadi orang yang qona'ah, punya keyakinan yang dalam dengan akalnya, hingga bisa bangkit rasa cintanya kepada Allah, ada rasa takut kalo jauh dari Allah, muncul rasa pengagungan yang besar, dan semua itu berhasil membangun perasaan yang mendominasi hati seorang murid.

Lalu dia berkumpul bersama dan membuat tatacara ibadah tersendiri dengan wirid-wirid dan kata-kata bijak yang dipilihnya sendiri, yang tujuannya bisa mengeluarkan mereka dari kubangan kelalaian menuju kepada menaiki tangga zikir dan mengingat Allah, hingga bisa menyaksikan Allah yang mata hatinya dan sampai menjadi orang yang beribadah dengan ikhsan, yang mana ibadah dengan ikhsan ini adalah sebaik-baiknya ibadah dan sebaik-baiknya pendekatan diri kepada Allah karena bisa beribadah seakan-akan melihat Allah.

Sekarang saya akan bertanya, apabila datang seseorang yang memberi nasehat dan mengajarkan pada murid, santri atau kawannya sebuah cara agar bisa selalu mengingat Allah, apakah itu termasuk ajaran yang buruk karena meninggalkan perintah Allah dan ajaran Rasulullah untuk membuat benar dirinya sendiri baru kemudian mengajarkannya kepada orang lain ?

Siapakah mereka itu yang mana Allah menjelaskan tentang mereka dalam Alquran surat Fusilat 33

 

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

 

Artinya Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

 

Dan mereka pula yang dijelaskan oleh Rosulullah dalam sebuah haditsnya

لَأَنْ يَهْدِي اللهَ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حَمْرٍ النِعَمِ

Artinya apabila kamu bisa mengajak satu orang ke jalan Allah maka itu lebih baik bagi dari memiliki unta merah.

 

Kemudian jika datang seseorang dengan membawa ajaran pembersihan jiwa, lalu menamainya dengan TASAWUF atau ILMU SULUK atau AJARAN SUCI. Apakah karena nama ini mengalahkan penamaan yang telah ada dalam agama, lalu harus kita anggap sebagai sesuatu yang batal. Coba luaskanlah pikiran, kita kesampingkan dulu itu penamaan, tatacara, pelajaran. Kita harus bisa melihat mana yang benar, jangan sampai kita berdiri ditempat yang salah, jangan menimbang sesuatu dengan tidak adil, timbanglah sesuatu dengan adil.

Apabila ada yang berkata, jalan tasawuf yang kalian tempuh itu penuh dengan perbuatan bid'ah yang tidak ada dasar dari alquran dan sunnah ? 

maka jawablah, anda harus bersyukur karena memiliki kecemburuan pada kebaikan dan selalu menegakkan yang benar agar tidak tercampur dengan sesuatu yang keluar dari ajaran rasulullah.

Tetapi kecemburuan itu tidak seharusnya menghancurkan perjalanan orang lain yang sedang menuju pada kebaikan, apalagi sampai bosan menyampaikan kebaikan dan menolong saudaranya keluar dari kesalahan.

Apakah menganggap diri lebih benar dan salah pada orang lain adalah jalan pembersihan hati dan jalan untuk bisa sampai pada kedudukan ikhsan, atau ini merupakan cara menyelamatkan seseorang dari ketersesatan, maka cara seperti ini justru cara yang bid'ah, tipuan yang sangat halus dengan menganggap orang lain yang tidak seperti kita itu salah dan telah keluar dari jalur agama.

Mungkin inilah penyebab banyaknya tersebar bid'ah yang mana banyak orang menyalahkan orang lain hanya karena penggunaan kalimat tasawuf yang dianggapnya bid'ah atau menggunakan kalimat yang lain yang tidak sama dengan ungkapan yang di gunakan mereka..

Maka cara yang seperti ini bukanlah warna sebuah kritik untuk membuat bangunan menjadi lebih baik tetapi justru merupakan penghakiman yang bertujuan menghancurkan bangunan agama orang lain secara keseluruhan, dan penyebabnya hanya karena tidak enak dipandang mata ...

Temukan perbuatan bid'ah dalam setiap perbuatan baik dalam agama, lalu focuslah untuk mengingkarinya dan berusaha mengilangkan semua itu, mengajak untuk membersihkannya, peringatkanlah bahayanya,   maka dengan cara itu semua batang dan daun parasit akan rontok, lalutanaman akan mekar dan tumbuh dengan sehat bersih dari tercampur sesuatu yang akan merusaknya. 

Sesungguhnya orang islam pada masa ini berada dalam titik kehausan dan membutuhkan kejernihan beragama yang bisa membebaskan dari kekejaman dunia dan dari godaannya yang sangat halus dan mempesona yang mana sekarang telah merajalela. 

Apabila tersedia untuk kaum muslimin seseorang yang bisa menuntun mereka pada tujuan agama yang benar-benar bersih dari kekotoran dan bid'ah, maka pasti mereka akan mengandalkannya, mereka akan bahagia dan mereka akan berharap dari jalan itu yang merupakan saluran tanpa penghambat apapun.

 Namun Kaum muslimin tidak menemukan di hadapannya kecuali hanya orang yang menghalangi, mencegah dan menakut-nakuti mereka dari mengikuti jalan bersih ini dengan fitnah penuh dengan bid'ah. Tetapi orang-orang ini mencegah tanpa memberikan solusi atau alternatif lain untuk bisa selamat. 

Maka pasti kaum muslimin akan menyambut sebuah ajakan ketaatan kepada Allah karena kebutuhan yang sangat mendesak dan pasti akan menolak pada peringatan dari orang-orang yang tidak bisa memberikan alternatif lain kecuali hanya ada kehausan pada pertengkaran.

Maka sekarang sangatlah jelas bahwa mereka yang kehausan pasti membutuhkan tuntunan dari KITAB HIKAM IBNU ATHOILLAH atau yang serupa dengan kitab ini, yang mana dengan tuntunan ini seseorang akan bisa memperoleh agama islam yang murni dan bersih, jauh dari tercampur dengan bid'ah dan perkara munkar. Dan akan bisa diperoleh semua itu apabila mereka mau mengambil nasehat untuk diri sendiri agar naik ke tingkat yang lebih tinggi yaitu cinta kepada Allah, mengagungkan Allah, punya rasa takut kepada Allah, ridho kepada Allah, percaya sepenuhnya kepada Allah, tawakal kepada Allah, apakah bisa iman kepada Allah tanpa itu semua ? 

Semoga semua yang mau mengambil nasehat dari KITAB HIKAM ini atau yang semisalnya segera memperoleh penghambaan yang murni dengan tanpa tercampur kerusakan dan bid'ah.

WALLAHUA'LAM.