الحَمْدُ لِلهِ اللَّذِي فَتَحَ لِأَوْلِيَائِهِ بَابَ
مَحَبَّتِهِ وَطَاعَتِهِ وَوَفَّقَهُ لِطَاعَتِهِ وَحِدْمَتِهِ
اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لِاُلُوْهِيَّتِهِ
وَرُبُوْبِيَّتِهِ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرَحَلْقِهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا
وَحَبِيْبِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ حَلْقِهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَاتِهِ وَأَتْبَاعِهِ اَمَّابَعْدُ
Berkata Imam Ahmad ibnu
Athoillah
وَمِنْ
عَلَامَةِ الِاعْتِمَادِ عَلَى العَمَلِ نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وجُوْدِ
الزَّلَلِ.
Artinya sebagian dari tanda yang menunjukkan seseorang bergantung pada amal perbuatannya adalah kurangnya mengharap rahmat Allah ketika melakukan kesalahan atau kemaksiatan.
Ketaatan atau amal baik yang mendatangkan pahala itu hanya ada
tiga macam amal, karena rukun (isi) agama islam itu ada tiga. Siapa yang
mengerjakan 3 perkara ini maka dia telah sempurna membangun agama, yaitu :
1. Amal
Islam 2. Amal Iman 3. Amal Ikhsan.
Amalan islam adalah perintah mengerjakan sesuatu dan meninggalkan
sesuatu dengan anggota badan, yang mana tujuannya adalah untuk membaguskan
semua anggota badan kita, mulai dari ujung kaki hingga kepala. Dari lima rukun
islam yang menjadi pokok, masih banyak lagi amal dhohir yang bisa dikerjakan.
Namun dari sekian banyak amal dhohir yang paling dahulu dikerjakan bagi seorang
murid adalah taubat (membersihkan diri) dari segala kemaksiatan, lalu takwa
(berpakaian), dan yang terakhir istiqomah (langgeng) dalam segala keadaan.
Amalan iman adalah perintah untuk menata keyakinan dalam diri
dan ini bukan lagi tugas anggota badan yang di luar tapi tugas hati. Tujuan melakukan
amalan ini adalah untuk membaguskan hati kita. Diantara semua amalan hati yang
paling dahulu dikerjakan bagi seorang murid adalah ikhlas (karena Allah) dalam
setiap tindakan, lalu sidiq (sesuai luar dalam), lalu tumakninah (tentram hatinya
menghadap Allah).
Amalan ikhsan adalah perintah untuk selalu menyadari keberadaan
Allah dalam setiap amalan yang dikerjakan. Tujuan dari amalan ini adalah untuk
membaguskan tujuan kita. Dimulai amalan ikhsan bagi seorang murid adalah dengan
muroqobah (merasa diawasi oleh Allah), lalu musyahadah (merasa melihat allah),
lalu ma’rifah (sampai kepada Allah).
Nasehat pertama dari
Syeh Ahmad ibnu Athoillah ini agar seorang murid tidak menggantungkan keselamatan
atau kesengsaraan dirinya kelak di akherat pada amal yang telah diperbuatnya.
Seperti merasa bahwa amal baik yang telah diperbuatnya akan memasukkan dia ke
dalam surga atau merasa bahwa amal buruk yang telah dilakukannya akan
memasukkannya ke dalam neraka, hingga tidak berharap lagi pada rahmat Allah
SWT.
Maka ketahuilah, bahwa orang-orang yang lebih mengenal Allah itu tidak pernah berkurang sedikit pun pengharapannya pada Allah, baik dalam keadaan melakukan amal kebaikan atau pun ketika mereka sedang diuji melakukan amal keburukan. Tidak berkurangnya harapan mereka pada rahmat Allah SWT itu karena mereka tidak pernah bergantung pada amal perbuatannya. Harapan mereka hanya digantungkan pada anugerah Allah SWT.
Maka ketahuilah, bahwa orang-orang yang lebih mengenal Allah itu tidak pernah berkurang sedikit pun pengharapannya pada Allah, baik dalam keadaan melakukan amal kebaikan atau pun ketika mereka sedang diuji melakukan amal keburukan. Tidak berkurangnya harapan mereka pada rahmat Allah SWT itu karena mereka tidak pernah bergantung pada amal perbuatannya. Harapan mereka hanya digantungkan pada anugerah Allah SWT.
Ada penjelasan menarik
dari Kyai Sholeh darat, beliau berkata sesungguhnya perkara yang wajib dipedomani
bagi orang yang beriman secara teguh adalah selalu bergantung hanya kepada
Allah SWT saja, tidak kepada yang lain. Maksudnya jangan pernah kita
menggantungkan diri kepada selain Allah SWT. Semua yang ada pada diri kita,
mulai dari pengetahuan, amal ibadah, kedudukan, harta hingga bapak, ibu, guru, semuanya
tidak boleh kita andalkan. Maksudnya jangan pernah punya keyakinan bahwa semua
itu bisa memasukkan kita ke dalam surga atau menyelamatkan kita dari neraka...
Jangan.
Dan jangan pula beranggapan bahwa amal ibadah bisa membuat kita sampai kepada Allah SWT, jangan demikian. Bukankah kita telah mendengar cerita tentang seorang pendeta yang bernama Bal’an bin Ba’uro, juga yang terjadi pada Qorun, padahal keduanya adalah ahli ibadah. Adapun Qorun adalah seorang ulama dikalangan bani Israil, yang mana keduanya mati dalam keadaan kafir. Dan juga kita telah mendengar pada cerita tentang Dewi Asiah binti Muzakhim ra salah seorang istri fir’aun yang menjadi hamba yang dikasihi Allah SWT hingga nanti akan menjadi istri Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم di akherat dalam surganya Allah سبحانه وتعالى.
Oleh karena itu wahai saudaraku adanya iman dan kafir, masuk neraka atau masuk surga adalah semata-mata karena anugerah Allah dan keadilan Allah SWT, tidak karena ibadah atau ma’siat seseorang.... Tidak. Tetapi adanya ibadah atau kema’siatan seseorang hanyalah alamat atau sebab yang dijadikan Allah pada hamba yang akan dimasukkan ke dalam surga atau akan dimasukkan ke dalam neraka, bukan ibadah itu sendiri yang bisa membuat seseorang masuk surga atau terbebas dari neraka.
Dan jangan pula beranggapan bahwa amal ibadah bisa membuat kita sampai kepada Allah SWT, jangan demikian. Bukankah kita telah mendengar cerita tentang seorang pendeta yang bernama Bal’an bin Ba’uro, juga yang terjadi pada Qorun, padahal keduanya adalah ahli ibadah. Adapun Qorun adalah seorang ulama dikalangan bani Israil, yang mana keduanya mati dalam keadaan kafir. Dan juga kita telah mendengar pada cerita tentang Dewi Asiah binti Muzakhim ra salah seorang istri fir’aun yang menjadi hamba yang dikasihi Allah SWT hingga nanti akan menjadi istri Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم di akherat dalam surganya Allah سبحانه وتعالى.
Oleh karena itu wahai saudaraku adanya iman dan kafir, masuk neraka atau masuk surga adalah semata-mata karena anugerah Allah dan keadilan Allah SWT, tidak karena ibadah atau ma’siat seseorang.... Tidak. Tetapi adanya ibadah atau kema’siatan seseorang hanyalah alamat atau sebab yang dijadikan Allah pada hamba yang akan dimasukkan ke dalam surga atau akan dimasukkan ke dalam neraka, bukan ibadah itu sendiri yang bisa membuat seseorang masuk surga atau terbebas dari neraka.
Ambillah juga sebagai gambaran tentang cerita yang terjadi pada anak Nabi Nuh عليه السلام juga
cerita yang terjadi pada istri Nabi Luth عليه السلام, kedua mati dalam keadaan
kafir. Tidaklah bisa seorang bapak menyelamatkan anaknya dan seorang suami tidak
bisa menolong istrinya dari siksa Allah SWT, walaupun keduanya seorang Nabi.
Maka setiap orang yang beriman wajib hanya bergantung kepada Allah SWT saja,
jangan bergantung kepada selain Allah SWT... Jangan.
Ketika kita bisa
melihat dengan jelas dalam masalah ini, maka bagi orang yang mempunyai akal sempurna
sudah seharusnya hanya bergantung kepada Allah سبحانه
وتعالى saja di dalam setiap
masalah. Seperti urusan rejeki, sungguh jangan pernah merasa bahwa ada selain
Allah yang bisa memberi manfaat kepada kita atau menjadikan kesengsaraan pada kita...
Sungguh jangan.
Juga seseorang yang
telah melakukan kema’siatan lalu hatinya berkata bahwa aku pasti akan masuk
neraka karena kema’siatanku ini, kesalahanku terlalu besar untuk dimaafkan dan Allah tidak akan
pernah mengampuninya. Janganlah bicara begitu, tidak boleh. Justru sebaliknya
orang yang telah melakukan kemaksiatan itu harus tambah mendekat kepada Allah
dan mengakui bahwa kemaksiatan yang terjadi ini muncul atas sifat Qohhar (yang
bebas mengatur segala sesuatu)-Nya. Dan kita harus takut kepada Allah, karena bisa
saja nanti kita dijerumuskan lagi menjadi orang yang terus melakukan maksiat
oleh Allah.... Takutlah kepada Allah. Yang terpenting bagi murid adalah harus
punya harapan penuh pada Allah سبحانه وتعالى yang bersifat Pemberi Anugerah dan Pemberi
Ampunan.
Begitu juga sebaliknya
bagi orang yang melakukan kebaikan, jangan pernah punya prasangka bahwa diri kita
adalah orang yang bisa membuat banyak kebaikan dan juga janganlah menyangka
bahwa ibadah bisa membuat diri kita dekat kepada Allah SWT atau bisa memasukkan
diri kita ke dalam surga.... Jangan. Tapi sebaliknya berprasangka lah bahwa kebaikan
yang ada pada kita adalah murni sebuah pemberian dari Allah. Sesungguhnya diri
kita ini tercipta dengan watak senang berbuat maksiat dan selalu menjauh dari
Allah. Andai saja kita tidak diberi pertolongan oleh Allah maka kita tidak akan
pernah mau berbuat baik seperti melakukan ibadah dan ketaatan.
Dalam hadits Nabi Muhammad SAW dikatakan
Sungguh ibadah kita adalah pemberian Allah dan pemberian itu murni atas anugerah Allah sendiri, tidak sekali-kali karena amal perbuatan kita. Jadi yang seharusnya kita pegang dan andalkan adalah rahmat dan anugerah-Nya, bukan amal ibadah atau yang lainnya.
لَيَدْخُلَ اَحَدُكُمْ الجَنَّةَ بِعَمَلِهِ، قَالُوا وَلَا اَنْتَ يَارَسُولَ اللهِ، وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَدَانِيَ اللهُ بِرَحْمَتِهِ
“ Tidaklah seseorang diantara kalian bisa masuk surga dengan amalnya. Maka sahabat bertanya, apakah termasuk engkau ya rosulallah ? ya termasuk aku, kecuali Allah yang telah melimpahkan rahmatnya kepadaku.
Sungguh ibadah kita adalah pemberian Allah dan pemberian itu murni atas anugerah Allah sendiri, tidak sekali-kali karena amal perbuatan kita. Jadi yang seharusnya kita pegang dan andalkan adalah rahmat dan anugerah-Nya, bukan amal ibadah atau yang lainnya.
Apabila telah kita mengetahui
bahwa amal ibadah itu adalah pemberian Allah kepada kita, berarti amal ibadah
itu sebenarnya adalah milik Allah SWT. Maka tidak sepantasnya bagi seorang murid meminta upah
atau pahala dari ibadah yang telah kita lakukan, karena sebenarnya kita
bukanlah orang yang ahli dalam berbuat amal kebaikan tapi Allah-lah yang telah
memberikan kebaikan ibadah itu kepada kita. Justru kita itu seharusnya sangat
bersyukur kepada Allah atas kebaikan yang telah diberikan-Nya kepada kita
berupa amal ibadah. Untung Allah tidak menjadikan kita sebagai orang yang ahli
maksiat. Karena alamat orang yang dikasihi oleh Allah adalah orang yang
dijadikan beriman dan berbuat amal ibadah dan alamat orang yang dibenci oleh
Allah adalah orang yang dijadikan maksiat dan kafir.
Bagaimana orang yang bertauhid memandang nasehat ini, bahwa Amal adalah gerakan hati atau gerakan badan. Jika badan kita ini bergerak maka itu disebut beramal, begitu juga bila hati kita bergerak maka disebut beramal. Apabila badan atau hati bergerak dan mendatangkan pahala maka disebut Taat (amal baik), apabila badan atau hati kita bergerak dan mendatangkan siksa maka disebut maksiat (amal buruk). Disini kita tidak akan bicara tentang amal buruk.
Tidak ada yang bergerak didalam alam semesta ini kecuali diciptakan gerak itu oleh Allah maka baik dan buruk adalah ciptaan Allah.