AHLAN WASAHLAN DI BLOG PONDOK PESANTREN NUR AL TAUHID MARUNDA JAKARTA UTARA

Selasa, 14 Februari 2012

Terjemahan Penyempurna Aqidah al-Mursyidah Imam Ibnu 'Asakir


Terjemahan:

Ketahuilah olehmu [semoga Allah merahmati kamu dengan taufiq-Nya] bahwa Sesungguhnya Sayyiduna Muhammad itu ibn `Abdillah ibn `Abdul al-Muttalib ibn Hasyim ibn `Abdu Manaf ibn Qusayy ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka`ab ibn Lu’ayy ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn al-Nadhar ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudharr ibn Nizar ibn Ma`ad ibn `Adnan, merupakan hamba Allah, Rasul-Nya, Nabi-Nya dan Kekasih-Nya. 

Baginda Nabi merupakan sebaik-baik makhluk, Pemimpin bagi golongan yang anggotanya bercahaya [bekas daripada wudhu] yang telah diutus oleh Tuhannya kepada manusia dan jin sebagai pembawa berita gembira, pembawa peringatan dan merupakan pembawa berita yang menyerukan kepada Allah dengan kekuasaan-Nya dan juga merupakan lampu yang terang bercahaya. 

Telah diturunkan ke atasnya [Nabi Muhammad sallallahu`alaihi wasallam] wahyu oleh Jibril al-Amin (yang amanah) dan dia (Jibril `alaihi al-Salam) merupakan Pemimpin bagi para Malaikat yang dimuliakan. Allah telah menciptakan mereka dari cahaya dan menetapkan tabiat mereka di atas ketaatan dan menguatkan mereka di atasnya (ketaatan), mereka tidak tidur, tidak lemah [lesu], tidak makan, tidak minum dan mereka tidak mendurhakai Allah, selalu pada apa yang telah diperintahkan oleh Allah ke atas mereka dan mereka akan melakukan segala perkara yang diperintahkan (ke atas mereka). 

Kitabnya adalah al-Zikr al-Hakim [al-Quran al-Karim] dan Syari`atnya adalah al-Hanifiyyah al-Samkhah [mudah] dan umatnya merupakan sebaik-baik umat dan tidak ada manusia yang memiliki pangkat melebihi pangkat baginda Nabi, tidak ada satu makhluk pun yang mampu mencapai kedudukannya.

Baginda Nabi menjadi penutup sekalian para Nabi dan Pemimpin bagi mereka, baginda Nabilah yang paling mengetahui dan paling tinggi derajatnya daripada mereka, baginda Nabilah yang paling fasih tutur katanya, yang paling kuat hujjahnya, paling elok rupa parasnya, yang paling berani dalam kalangan mereka, yang paling murah hati dalam kalangan mereka, yang paling banyak mempunyai tanda [bukti kebenarannya] dan yang paling dhahir dan jelas mu'jizatnya dan sekalian para Nabi dan Rasul itu merupakan ahli al-Fadhl [yang mempunyai kelebihan], ahli sabar, ahli iman, ahli yakin, ahli kebenaran, ahli agama, ahli `iffah [tidak melakukan perkara keji] dan ahli al-Siyanah [yang mendapat pemeliharaan] ahli cerdik, ahli bijaksana, ahli tablig, ahli amanah dan banyak lagi sifat yang terpuji [bagi sekalian para Nabi dan Rasul tersebut].

Yang paling awal di kalangan mereka [para nabi] adalah Nabi Adam `alaihissalam  yang telah diciptakan oleh Allah dari tanah, lalu Dia telah menjadikan Adam sebagai manusia yang sempurna dalam bentuk dan kejadiannya, yang merupakan sebaik-baik kejadian, begitu juga dengan anak-anak baginda Nabi Adam yang lain, yang terdiri dari Nabi Syith, Nabi Idris, Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Saleh, Nabi Syu`aib, Nabi Ibrahim, Nabi Luth, Nabi Isma`il, Nabi Ishaq, Nabi Ya`qub, Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Yusya`, Nabi Yunus, Nabi Ayyub, Nabi Zulkifli, Nabi Ilyas, Nabi al-`Ilyasa`, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria, Nabi Yahya, Nabi `Isa, Nabi Khidir dan selain daripada mereka yang begitu banyak bilangannya. 

Dan agama mereka adalah satu yaitu Agama Islam, mereka adalah sebaik-baik makhluk Allah, mereka hidup di dalam kubur-kubur mereka [dan] melaksanakan solat [di dalamannya], mereka merupakan perantaraan [antara makhluk dan Allah], mereka memiliki syafaat pada hari akhirat kelak dan Nabi kita [Muhammad sallallahu`alaihi wasallam] mempunyai kedudukan yang terpuji [pemberi syafaat di akhirat kelak]. 

Dan keseluruhan perkara yang telah terdahulu disebut [di atas] adalah terhimpun di dalam hadith Rasulullah sallallahu`alaihi wasallam: “Iman adalah kamu meyakini Adanya Allah Ta’ala, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhirat dan kamu beriman juga dengan ketentuan Allah sama adanya yang baik dan yang buruk. Ini adalah hadits shahih yang telah diriwayatkan oleh al-Imam Muslim.


Penyempurnaan Aqidah al-Mursyidah Imam Ibnu 'Asakir



مُتَمِّمَةُ عَقِيْدَةِ الْمُرْشِدَةِ

 

اِعْلَمْ رَحِمَكَ الله ُبِتَوْفِيْـقِهِ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدَ بْنَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ هَاشِمٍ بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ بْنِ قُصَيِّ بْنِ كِلاَّبٍ بْنِ مُرَّةَ بْنِ كَعْبِ بْنِ لُؤَيِّ بْنِ غَالِبِ بْنِ فِهْرِ بْنِ مَالكِ بْنِ النَّضَرِ بْنِ كِنَانَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ مُدْرِكَةَ بْنِ إِلْيَاسَ بْنِ مُضَرَّ بْنِ نِزَارِ بْنِ مَعَدِّ بْنِ عَدْناَنِ، عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَنَبِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ خَيْرُ الْخَلْقِ أَجْمَعِيْنَ.

 وَقَائِدُ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ أَرْسَلَهُ ربُّهُ إِلَى الإِنْسِ وَالْجِنِّ مُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. نَزَلَ عَلَيْهِ بِالْوَحْيِ جِبْرِيْلُ الأَمِيْنُ وَهُوَ رَئِيْسُ الْمَلائِكَةِ الْمُكَـرَّمِيْنَ، خَلَقَهُـمُ اللهُ مِنْ نُوْرٍ وَجَبَلَهُمْ عَلَى الطَّاعَةِ وَقَوَّاهُمْ عَلَيْهَا فَلَا يَنَامُوْنَ وَلَا يَفْتُرُوْنَ وَلَا يَأْكُلُوْنَ وَلَا يَشْرَبُوْنَ وَلَا يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ. كِتَابُهُ الذِّكْـرُ الْحَكِيْمُ. وَشَرِيْعَتُهُ الْحَنِيْفِيَّةُ السَّمْحَةُ، وَأُمَّتُهُ خَيْرُ الأُمَمِ، لَيْسَ فَوْقَ رُتْبَتِهِ فِي النَّاسِ رُتْبَةٌ وَلَا يَنَالُ مَنْـزِلَتَهُ مَخْلُوْقٌ.

 خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ وَإِمَامُهُمْ وَأَعْلَمُهُمْ وَأَعْلَاهُمْ وَأَفْصَحُهُمْ وَأَقْوَاهُمْ وَأَجْمَلُهُمْ وَانْجَدُهُمْ وَأَشْجَعُهُمْ وَأَسْخَاهُمْ وَأَكْثَرُهُـمْ ءَايَآتٍ وَأَظْهَرُهُمْ مُعْجِزَاتٍ وَهُمْ جَمِيْعًا أَهْلُ الْفَضْلِ وَالصَّبْرِ وَالإِيْمَانِ وَالَيَقِيْنِ وَالصِّدْقِ وَالْدِيَانَةِ وَالْعِفَّةِ وَالصِّيَانَةِ وَالذَّكَاءِ وَالْفَطَانَةِ وَالتَّبْلِيْغِ وَالأَمَانَةِ جَمٌ غَفِيْرٌ،أَوَّلُهُمْ ءَادَمُ عَلَيْهِ السَّلامُ، خَلَقَهُ اللهُ مِنْ طِيْنٍ فَجَعَلَهُ بَشَرًا سَوِيًّا فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ شِيْثٌ وَإِدْرِيْسُ وَنُوْحٌ وَهُوْد ٌ وَصَالِحٌ وَشُعِيْبٌ وَإِبْرَاهِيْمُ وَلُوْطٌ وَإِسْمَاعِيْـلُ وَإِسْحَـاقُ وَيَعْقُوْبُ وَيُوْسُفُ وَمُوْسَىْ وَهَارُوْنُ وَيُوْشَعُ وَيُوْنُسُ وَأَيُّوْبُ وَذُوْ الْكِفْلِ وَإِلْيَاسُ وَالْيَسَعُ وَدَاوُدُ وَسُلَيْمَانُ وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَىْ وَعِيْسَىْ وَالْخَضِرُ وَغَيْرُهُمْ كَثِيْرٌ، وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ هُوَ الإِسْلامُ وَهُمْ أَفَضَلُ خَلْقِ اللهِ، أَحْيَاءٌ فِيْ قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ، هُمُ الْوَسِيْلَةُ وَلَهُمُ الشَّفَاعَةُ يَوْمَ الدِّيْنَ، وَلِنَبِيِّنَا الْمَقَامُ الْمَحْمُوْدُ

 وَجِمَاعُ مَا تَقَدَّمَ كُلُّهُ فِيْ حَدِيْثِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

 (الإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ) وَهُوَ صَحِيْحٌ رَوَاهُ الإِمَامُ مُسْلِمٌ

 


Senin, 13 Februari 2012

TERJEMAHAN AQIDAH MURTASYIDAH KARYA IMAM IBNU 'ASAKIR



    Ketahuilah olehmu, semoga kita diberi petunjuk oleh Allah ta`ala dan sesungguhnya wajib atas setiap individu yang telah mukallaf, untuk mengetahui bahwa Allah `azza wa jalla [Maha Agung lagi Maha Suci], Maha Esa pada kerajaan-Nya [kekuasaaan-Nya]. 


Dialah yang menciptakan alam seluruhnya termasuk alam yang berada di atas langit dan di bawah bumi, dan Arasy dan Kursi serta langit dan bumi dan segala perkara yang berada di dalam keduanya dan segala perkara yang berada di antara keduanya. 


Kesemua makhluk dikuasai [tunduk] dengan kekuasaan-Nya, tidak ada satu perkarapun yang bergerak melainkan dengan kekuasaan-Nya, Tidak ada sesuatupun yang bersama-Nya dalam menguasai makhluk dan tidak ada sekutu pada kerajaan-Nya [kekuasaan-Nya], 

Dialah yang Maha Hidup, Maha Kekal dan Berdiri dengan sendiri-Nya [tidak butuh kepada selain-Nya], tidak mengantuk dan tidak tidur, 

Dialah yang Maha mengetahui perkara yang Qhaib dan perkara yang Nyata, tidak ada sesuatupun yang berada di bumi dan di langit yang tersembunyi [dari pengetahuan-Nya], 


Dialah yang mengetahui segala sesuatu yang berada di daratan dan di lautan, Dan tidak ada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak ada suatu biji benihpun [yang berada] dalam kegelapan bumi (perut bumi) dan tidak ada sesuatu yang basah dan tidak juga suatu yang kering melainkan kesemuanya [telah tercatat] dalam Kitab yang nyata [Lauh al-Mahfuz]. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu dan Dia Maha mengetahui bilangan segala sesuatu, Dia melakukan segala apa yang dikehendaki-Nya, 


Dialah yang  Maha berkuasa pada segala yang dikehendaki-Nya, Bagi-Nya Kerajaan [kekuasaan] dan bagi-Nya Kekayaan [tidak berhajat kepada sesuatu], Dan bagi-Nya Kemuliaan [maha perkasa] dan Kekekalan [tidak akan binasa selama-lamanya], Dan bagi-Nya hukum [ketentuan/ ketetapan mengikut kehendak-Nya] dan bagi-Nya al-Qadha’ [penciptaan: Dia menciptakan segala sesuatu dari tiada menjadi ada], Dan bagi-Nya nama-nama yang Indah [yang merujuk kepada kesempurnaan Dzat-Nya], 


Tidak ada suatupun yang mampu menolak perkara yang telah diputuskan-Nya [ditetapkan-Nya] dan tidak ada suatupun yang mampu menegah [menghalang] segala perkara yang Dia telah kurniakan, Dia melakukan segala perkara yang dikehendaki-Nya di dalam kerajaan-Nya dan Dia menetapkan hukum pada makhluk-makhluk-Nya dengan hukum [ketetapan] yang dikehendaki-Nya. 


Dia tidak mengharapkan ganjaran pahala dan tidak takut kepada adzab dan siksa, tidak ada suatu tuntutan (kewajiban) bagi-Nya dan tidak ada suatu hukumpun yang berlaku ke atas-Nya [tidak ada satupun yang memerintah-Nya melakukan sesuatu atau mencegah-Nya melakukan sesuatu], Dan segala nikmat dari-Nya adalah sebuah Anugerah dan setiap balasan dari-Nya adalah sebuah Keadilan, Dia tidak akan ditanya tentang apa yang Dia perbuat sedangkan merekalah [hamba-hamba-Nya] yang kelak akan ditanya [diminta tanggung jawabnya]. 


Dia telah wujud sebelum wujudnya makhluk ciptaan-Nya, Tidak ada bagi-Nya sebelum dan tidak ada bagi-Nya sesudah, tidak ada bagi-Nya arah di atas dan tidak juga ada bagi-Nya arah di bawah, tidak ada bagi-Nya arah kanan dan tidak juga ada bagi-Nya arah kiri, tidak ada bagi-Nya arah depan dan tidak juga ada bagi-Nya arah belakang. Dan Dia tidak bersifat dengan keseluruhan dan tidak bersifat dengan sebahagian, dan tidak boleh dikatakan kapankah 


Dia wujud dan tidak boleh dikatakan dimanakah Dia berada dan tidak boleh dikatakan bagaimanakah [Dzat-Nya], Adapun Wujud-Nya tanpa bertempat, Dialah yang telah menciptakan segala makhluk [termasuk segala sifat makhluk], 


Dialah yang menguasai masa, Wujud-Nya tidak terkait dengan masa dan tidak juga dikhususkan [ditetapkan bagi zat-Nya] dengan sebuah tempat, Dan Dia tidak disibukkan oleh sesuatu urusan dari urusan-urusan yang lain [tidak berhajat kepada sebuah pertolongan untuk menyempurnakan kehendak-Nya], 


Dia tidak boleh digambarkan, dan Dia tidak terjangkau oleh akal dan Dia tidak bisa digambarkan dengan fikiran dan Dia tidak boleh diserupakan dengan sesuatu dan Dia tidak boleh digambarkan dalam sangkaan, Dan Dia tidak boleh dibayangkan di dalam akal, dan Dia tidak terjangkau oleh sangkaan dan fikiran, Tidak ada sesuatupun dari makhluk-makhluk-Nya yang menyerupai-Nya [dalam bentuk apapun] dan Dia Maha mendengar lagi Maha Melihat. Tamat.


AQIDAH MURSYIDAH KARYA IMAM IBNU ASYAKIR



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اِعْلَمْ أَرْشَدَنَا اللهُ وَإِيـَّاكَ أَنَّهُ يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُكَلَّفٍ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَاحِدٌ فِيْ مُلْكِهِ خَلَقَ الْعَالَمَ بِأَسْرِهِ الْعُلْوِيَّ وَالسُّفْلِيَّ وَالْعَرْشَ، وَالْكُرْسِيَّ، وَالسَّمَوَاتِ، وَالأَرْضَ وَمَا فِيْهِمَا وَمَا بَيْنَهُمَا جَمِيْعُ الْخَلائِقِ مَقْـهُـوْرُوْنَ بِقُدْرَتِهِ،

 لَا تَتَحَرَّكُ ذَرَّةٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، لَيْسَ مَعَهُ مُدَبِّرٌ فِي الْخَلْقِ وَلَا شَرِيْكٌ فِي الْمُلْكِ، حَيٌّ قَيُّوْمٌ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ، عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ يَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلاَّ فِيْ كِتَابٍ مُبِيْنَ.

 أَحَاطَ بِكُلِّ شَىْءٍ عِلْمًا وَأَحْصَى كُلَّ شَىْءٍ عَدَدًا. فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُ، قَادِرٌ عَلَى مَا يَشَاءُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْغِنَى وَلَهُ الْعِزُّ وَالْبَقَاءُ وَلَهُ الْحُكْمُ وَالْقَضَاءُ، لَهُ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى، لَا دَافِعَ لِمَا قَضَى، وَلَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَى، يَفْعَلُ فِيْ مُلْكِهِ مَا يُرِيْدُ، وَيَحْكُمُ فِيْ خَلْقِهِ بِمَا يَشَاءُ لَا يَرْجُوْ ثَوَابًا وَلَا يَخَافُ عِقَابًا، لَيْسَ عَلَيْهِ حَقٌّ (يَلْزَمُهُ) وَلَا عَلَيْهِ حُكْمٌ، وَكُلُّ نِعْمَةٍ مِنْهُ فَضْلٌ وَكُلُّ نِقْمَةٍ مِنْهُ عَدْلٌ، لَا يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُوْنَ مَوْجُوْدٌ قَبْلَ الْخَلْقِ، لَيْسَ لَهُ قَبْلٌ وَلَا بَعْدٌ، وَلَا فَوْقٌ وَلَا تَحْتٌ، وَلَا يَمِيْنٌ وَلَا شِمَالٌ، وَلَا أَمَامٌ وَلَا خَلْفٌ، وَلَا كُلٌّ، وَلَا بَعْضٌ،

 وَلَا يُقَالُ مَتَى كَانَ وَلَا أَيْنَ كَانَ وَلَا كَيْفَ كَانَ، وَلَا مَكَانٌ، كَوَّنَ الأَكْوَانَ وَدَبَّرَ الزَّمَانَ، لَا يَـتَقَـيَّدُ بِالزَّمَانِ وَلَا يَتَخَصَّصُ بِالْمَكَانِ، وَلا يَشْغَلُهُ شَأْنٌ عَنْ شَأْنٍ، وَلا يَلْحَقُهُ وَهْـمٌ، وَلَا يَكْـتَنِفُهُ عَقْلٌ، وَلَا يَتَخَصَّصُ بِالذِّهْنِ، وَلَا يَتَمَثَّلُ فِي النَّفْسِ، وَلَا يُتَصَوَّرُ فِي الْوَهْـمِ، وَلَا يَتَكَـيَّـفُ فِي الْعَقْلِ، لَا تَلْحَقُهُ الأَوْهَامُ وَالأَفْـكَارُ، { لَيْسَ كَمِثلِهِ شَىْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ } ا.هـ

 


Sabtu, 11 Februari 2012

SYAFAAT ITU ADA BANYAK....


ADA LIMA MACAM SYAFAAT

Di hari kiamat kelak, Allah memberikan hak syafaat kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Adapun bentuk syafaat tersebut ada lima macam :

      Pertama, Khusus dimiliki Nabi Muhammad   صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yaitu syafaat untuk menentukan keputusan dan membuat manusia lepas dari dahsyatnya tempat berkumpul seluruh mahluk di padang mahsyar pada hari kiamat, serta mensegerakan dipindahnya ke tempat perhitungan amal atau hisab, disebut Syafaatul Udhma.

       Kedua, Syafaat untuk memasukkan suatu kaum ke surga tanpa hisab. Syafaat ini juga dimiliki oleh Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

      Ketiga, Syafaat yang diperuntukkan bagi kaum yang semestinya masuk ke dalam neraka kemudian mendapat ampunan. Syafaat ini dimiliki oleh Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  dan orang-orang yang dikehendaki Allah berupa para Sholihin.

     Keempat, Syafaat yang diperuntukkan bagi para pendosa yang telah masuk ke neraka. Banyak hadits yang meriwayatkan bahwa mereka dapat terbebas dan dikeluarkan dari neraka dengan syafaat Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, para malaikat, dan para sholihin. Selanjutnya Allah Ta’ala akan mengeluarkan dari neraka orang-orang yang mengucapkan kalimat Syahadat. 
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits “Tidak ada yang tersisa didalam neraka kecuali orang-orang kafir.”

   Kelima, Syafaat untuk meningkatkan derajat bagi orang yang dimasukkan surga. Hal ini tidak diingkari oleh golongan Mu’tazilah. Mereka juga tidak mengingkari syafaat pada saat di al-hasr ( di giringnya manusia di padang mahsyar ). wallahua'alam 


Jumat, 10 Februari 2012

TAUHID HANYA SATU TIDAK ADA PEMBAGIAN TIGA TAUHID



Sekapur Sirih

Seorang muslim sejati adalah orang yang meyakini dengan sebenar-benar keyakinan bahwa Allah Ta’ala satu-satunya Tuhan yang wajib dan berhaq disembah. Keyakinan inilah yang membedakan antara orang mu’min dan orang kafir.

Dalam Agama Islam dikenal dengan Ilmu Tauhid, yaitu Ilmu yang mempelajari dan membahas tentang Aqidah atau keyakinan orang mu’min berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan, rupanya Aqli dan Naqli.

Sayangnya akhir-akhir ini ada hal yang sangat meresahkan yaitu adanya pembagian tauhid kepada Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah. Bagaimanakan sebenarnya pembagian tersebut ? jawabannya akan anda temukan di Blog ini.

APAKAH ADA PEMBAGIAN TAUHID

Tauhid itu adalah Mengesakan Allah Ta’ala. Sedangkan Ilmu Tauhid Adalah Ilmu yang membahas pengokohan keyakinan Aqidah dalam Agama Islam dengan menggunakan dalil-dalil yang sangat meyakinkan yaitu Dalil Aqli dan Dalil Naqli yang pasti kebenarannya sehingga bisa menghilangkan semua Keragu-raguan. 

Ilmu Tauhid juga merupakan ilmu yang bisa menyingkap kebatilan orang-orang kafir, keracunan, kedustaan dan virus-virus yang mereka tebarkan. 
Dengan Ilmu Tauhid jiwa seseorang akan menjadi kokoh dan hatipun akan tenang dengan tertanamnya keimanan yang benar. 

Dinamakan Ilmu Tauhid karena pembahasan pokok dan yang terpenting didalamnya adalah membahas tentang Ketauhidan (mengesakan Allah Ta’ala). Sehingga Ilmu Tauhid adalah semulia-mulia ilmu karena didalamnya membahas tentang Dzat dan Sifat yang Mulia yaitu Allah Ta’ala

Sayangnya akhir-akhir ini ada hal yang sangat meresahkan yaitu munculnya pembagian tauhid kepada Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah. Orang yang pertama kali melakukan pembagian Tauhid seperti ini adalah Abul Abbas Taqiuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani atau yang biasa disebut dengan nama Ibnu Taimiyah saja (lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661 H wafat: 1328/20 Dzulhijjah 728 H). Padahal dia adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari HarranTurki

Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam, yaitu Rasulullah Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  dan Sahabat Nabi, kemudian Tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Sahabat Nabi, dan Tabi'ut tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Tabi'in, adalah contoh yang terbaik untuk kehidupan Islam.

Ini adalah hal yang aneh bukan ? Padahal di zaman Nabi, sahabat dan Tabi’in maupun ulama salafus sholeh tidak ada pembagian seperti itu. Dia berpendapat tentang pembagian Tauhid ini, bahwa “Sesungguhnya Rosul tidak diutus kecuali untuk menyampaikan Tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah dengan cara beribadah dan Tauhid Rububiyah yaitu meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta, maka tidak ada satupun dari orang-orang musyrik maupun orang-orang mu’min yang menentang hal ini.”

Selanjutnya Ibnu Taimiyah mengatakan, “Orang-orang yang bertawasul kepada para Nabi, para Wali, dan meminta Syafaat dari mereka serta memanggil-manggil dalam kondisi kesulitan maka mereka adalah menyembah kepada para Nabi dan Wali, dan mereka telah Kufur.”

 

Bahkan Muhamad bin Abdul Wahab yang merupakan penyebar pembagian tauhid ini, dia berkata, “Sesungguhnya kekafiran mereka lebih keji daripada kekafiran para penyembah berhala.”

 

Perkataan Ibnu Taimiyah yang seperti ini jelas tidak sesuai jelas tidak sesuai dengan nash-nash yang terdapat dalam Al-Qua’an dan Hadist. Sebab Rosulullahصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak pernah mengatakan kepada para Sahabatnya ketika masuk islam: “Bahwa didalam Agama Islam itu ada dua macam tauhid, yaitu tauhid Uluhiyah dan tauhid Rububiyah, dan engkau tidak dikatakan sebagai seorang muslim sehingga engkau bertauhid Uluhiyah dan tidak dikatakan sebagai seorang mu’min sehingga engkau bertauhid Rububiyah” tidak ada kalimat seperti ini maupun isyarat ke arah itu. Dan juga para ulama salaf tidak pernah mengajarkan pembagian seperti ini kepada generasi selanjutnya.

 

Pembagian seperti ini juga tidak memiliki dasar, karena Allah Ta’ala adalah satu-satunya Dzat yang wajib disembah, tidak boleh dipilih Allah sebagai Ilahi atau sebagai Robb. Sebab memilah-milah tersebut akan merusak Aqidah kita.

 

Adapun perkataan Ibnu Taimiyah selanjutnya yaitu, “Sesungguhnya orang-orang yang bertawasul kepada para Nabi, para Wali, dan meminta syafaat kepada mereka serta memanggil-manggil mereka ketika dalam keadaan sulit, maka mereka telah menghambakan dirinya kepada para Nabi dan para Wali, dan mereka telah Kufur.” Maka perkataan tersebut tidak bersumbar dari Al-Qur’an dan Hadist.

 

Sebab Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  mengajarkan dan mencontohkan kepada para sahabatnya untuk bertawasul. Diriwayatkan bahwasannya Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  mengajarkan kepada seorang lelaki buta untuk bertawasul dengan menyebut nama beliau. Kemudian laki-laki itu pergi dan secara tersembunyi bertawasul dengan menyebut nama Nabi   صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  Selanjutnya lelaki itu datang kembali menemui Nabi  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  dalam keadaan sudah bisa melihat.

 

Adapun kalimat yang diajarkan oleh Rasulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  kepada laki-laki itu adalah : “Ya Allah, aku meminta kepada-Mu dan bertawajjuh dengan kemulyaan Nabi-Mu Muhamad  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, Nabi pembawa Rohmat” atau dengan ucapan “Wahai Nabi Muhamad  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , sesungguhnya aku betawajjuh kepadamu atas kemulyaanmu sebagai pembawa rohmat untuk meminta kepada Allah agar mengabulkan doaku......”(hadits shohih riwayat Ath-Thobroni).

 

Jadi, bertawasul itu telah diajarkan dan dipraktekkan olah para sahabat dan salafus sholeh. Bagi yang ingin mendalami masalah ini silahkan merujuk kepada kitab-kitab Ulama Ahlus sunah Wal Jama’ah yang mu’tabar.

 

Adapun tentang dibolehkannya meminta syafaat dalilnya banyat banyak sekali, antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Imam kita yaitu Imam Al-Bukhori رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  berikut ini:

“Tatkala tiba Hari Kiamat, manusia satu sama lainnya dalam kebingungan. Mereka lalu mendatangi Nabi ‘Adam. Mereka berkata berilah kami syafaat dihadapan Tuhanmu.” Nabi ‘Adam berkata kepada mereka, “Aku tidak berhak memberi syafaat itu, akan tetapi hendaknya kalian menemui Nabi Ibrohim, karena sesungguhnya dia adalah kekasih Allah Ar-Rohman.” Maka mereka mendatangi Nabi Ibrohim dengan permintaan yang sama. Kemudian Nabi Ibrohim berkata, “Aku tidak berhak untuk itu, akan tetapi hendaknya kalian menemui Nabi Musa, sesungguhnya dia adalah orang yang diajak bicara oleh Allah.” lalu mereka mendatangi Nabi Musa. Kemudian Nabi Musa berkata, “Aku tidak berhak untuk itu, akan tetapi hendaknya kalian menemui Nabi ‘Isa karena sesungguhnya Nabi ‘Isa itu adalah Ruh dan Kalimat Allah. mereka lalu mendatangi Nabi ‘Isa. Kemudian Nabi ‘Isa berkata, “Apabila kalian memiliki sesuatu kemudian kalian simpan ke dalam kotak dan kalian kunci, bisakah kalian ambil sesuatu itu bila tetap kunci ? Maka temuilah Nabi Muhamad karena dialah yang memegang kunci syafaat.” Lalu mereka semua menemui Nabi Muhamad   صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  Kemudian Nabi Muhamad berkata, “ mereka mendatangi aku, dan aku katakan Aku berhak untuk itu. Aku lalu meminta izin kepada Tuhanku, maka Tuhanku memberi izin kepadaku dan memberi ilham kepadaku berupa pujian yang kemudian aku memuji Allah dengan Pujian itu. Pujian-pujian itu tidak datang kepadaku sekarang ini. Lalu aku memuji Allah dengan pujian-pujian itu dan mengakhirinya dengan bersujud. Kemudian Allah berfirman kepadaku ‘Wahai Muhamad angkatlah kepalamu, dan berkatala maka perkataanmu akan didengar, memintalah maka permintaanmu akan diberikan, dan berilah syafaat maka syafaatmu akan diterima.’ Aku lalu berkata ‘Wahai Tuhanku, Umatku.... Umatku....’ kemudian Allah berkata, ‘Wahai Muhamad, pergilah dan keluarkanlah mereka dari sana (neraka) orang-orang yang didalam hatinya terdapat keimanan sebesar biji gandum.’ Aku lalu pergi dan melakukan apa yang diperintahkan...... (HR. Al-Bukhori).

 

 

Hadits tentang syafaat ini jumlahnya sangat banyak sehingga mencapai derajar mutawatir. Semuanya menyatakan keabsahan adanya syafaat diakhirat dan diperuntukkan bagi orang-orang mu’min yang berdosa. Ulama salaf dan kholaf dari golongan Ahlus Sunah juga bersepakat tentang adanya syafaat.

 

Oleh kerena itu, bagi umat islam hendaknya belajar dari kitab-kitab peninggalan ulama yang kualitas keilmuannya tidak diragukan lagi. Dan dalam urusan agama serahkanlah kepada ahlinya yaitu para ulama yang merupakan pewaris-pewaris para Nabi. Allah Ta’ala berfiman, “Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (Al-Anbiyaa’ : 7).

 

Demikian sekelumit yang bisa kami paparkan tentang pembagian Tauhid yang batal. Maka berhati-hatilah mencari guru dalam belajar ilmu tauhid. Karena melencengnya kita dari makna Tauhid yang benar maka kita akan Kafir, tetapi melencengnya kita dalam belajar Fiqih maka tidak sampai kafir, akan tetapi dihukum ma’siat.

 

Maka perhatikanlah hal ini !!!!!   وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

 


Kamis, 09 Februari 2012

PENUTUPAN KITAB RISALAH AWAL



PERINGATAN : wahai saudaraku semua yang mengharapkan keuntungan dan keselamatan di dunia dan akherat, seharusnya kitab Mu’taqod ini dihafalkan, karena kitab Mu’taqod ini hanya sekedar berisi tentang yang wajib-wajib saja. Jadi apabila tidak sampai hafal Mu’taqod ini sangat dikuatirkan rusaknya iman. Jika saudaraku masih mengharapkan keterangan yang lebih dari Mu’taqod ini maka Insya Allah akan dibicarakan di dalam kitab RISALAH TSANI. Tetapi tidaklah selaras menghafal kitab RISALAH SANI sebelum menghafal kitab RISALAH AWAL ini. Wallahu A’lam.

DIKELUARKAN PADA BULAN
ROBI’UL AWWAL TAHUN 1432 H
 FEBRUARI TAHUN 2011

اَللَّهُمَّ اغـْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَ وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمُعَلِّمِيْنَا فِيْ الدِّيْنِ وَﻹِخْوَانِنَا وَلِجَمِيْعِ المُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَ المُسْلِمَاتِ الاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا 
ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغـَفـَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الغَافِلُوْنَ. وَالحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
 
(اِعْلاَنْ)
 الحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِاللهِ   وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ  وَمَنْ وَالاَهْ  امّا بعد   
           
Sampai di sini selesailah kitab RISALAH AWAl ini ditulis, dan inilah yang menjadi Mu’taqodnya AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH dan menjadi  dasar AGAMA ISLAM yang tiada lagi selainnya. Wassalam. Penulis kitab ini Al-Fagir Haji Said bin Armiya Giren Talang Tegal. Atas izin Gurunya Al-Alim Al-Allamah Syeh Abi ‘Ubaidah yang Diterjemahkan oleh Habib Quraisy bin Haidar bin Shahab Atas izin Gurunya Habib Abdullah bin Muhsin Al-Athas, Dengan izin Gurunya pula Kyai Asmawai bin Haji Ruslan Danawari Tegal. Semoga Allah memberi ampunan bagi mereka semua dan Juga orang tua mereka dan juga kepada kaum Mu’minin dan Mu’minat, Muslimin dan Muslimat yang masih hidup dan yang telah wafat. Amin Ya Robbal Alamin.


وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.



Rabu, 08 Februari 2012

DEFINISI TUHAN dan Makna Dua Kalimat Syahadat ( Kitab Risalah Awal )


(TAKMILAH

Adapun jumlah Mu’taqod yang telah dibicarakan ini ada 64.

Adapun Mu’taqod yang 64 ini adalah kepahamanan dari makna kalimat  ̃لاَ اِلٓهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ  karna yang terkandung di dalam makna  ̃لاَ اِلٓهَ اِلاَّ اللهُ  itu ثـُبُوْتُ الاُلُوْهِيَّةِ لِلَّهِ تَعَالَى (TSUBUUTUL ULUUHIYYATI LILLAHI TA’ALA) artinya wajib tetapnya sifat-sifat Ketuhanan itu pada Dzat Allahسُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

Adapun DEFINISI pengertiannya ULUHIYYAH (KETUHANAN) itu adalah   اِسْــتِغـْنَاءُ الاِلٓهِ عَنْ كُلِّ مَاسِوَاهُ وَافـْتِقَـارُ كُلُّ مَا عَدَاهُ اِلَيْهِ )ISTIQNAUL ILAAHI ‘AN KULLI MA SIWAHU WA YAFTAQIRU KULLU MA ‘ADAHU ILAIH) artinya wajib MAHA KAYA ALLAH tidak butuh pada semua selain Allah dan wajib berhajad tiap-tiap selain Allah itu semua BUTUH KEPADA ALLAH.

Adapun yang terkandung di dalam makna ISTIQNA (MAHA KAYA ALLAH) itu ada 28 MU’TAQOD,  
yaitu yang Wajib ada 14, rupanya: 
WUJUD, 
QIDAM, 
BAQO’, 
MUKHOLAFATU LIL KHAWADISI, 
QIYAMUHU TA’ALA BI NAFSIHI,
SAMA’, 
BASOR, 
KALAM, 
SAMIAN,
BASIRON, 
MUTAKALLIMAN, 
ANNAHU LA YAJIBU ALAIHI TA’ALA FI’LU SYAIIN,
TANAZZAHU TA’ALA ANIL AQROTI FI AF’ALIHI WA AKHKAMIHI,
LA TA’SIRO LI SYAIIN MINAL KAINATI BIQUWWATIHI.

Dan yang Mustahil juga ada 14, rupanya: 
‘ADAM, 
KHUDUS, 
FANA’, 
MUMASALATUL LIL KHAWADISI, 
IFTIQORU LI GHOIRIHI, 
SHOMAMU, 
’AMA, 
BAKAMU, 
ASHOMMA, 
A’AMA, 
ABKAMA, 
WUJUBU FI’LU SYAIIN,
AL-AQRODHI FI FI’LIHI WA AKHKAMIHI,
TA’SIRU SYAIIN MINAL KAINATI BIQUWWATIHI.


Dan adapun yang dapat dipahami dari makna IFTIQOR (BUTUH KEPADA ALLAH) itu ada 22 MU’TAQOD 
yaitu yang  Wajib ada 11, rupanya: 

WAHDANIYYAT, 
QUDRAT, 
IRODAT, 
ILMU, 
HAYAT, 
QODIRON, 
MURIDAN, 
‘ALIMAN, 
HAYYAN, 
LA TA’SIRU LI SYAIIN MINAL KAINATI BI THOB’IHI,
KHUDUSUL ALAM BIAS- RIHI.


Dan yang Mustahil juga ada 11, rupanya: 
TA’ADDUD, 
AJZUN, 
KAROHATUN, 
JAHLUN, 
MAUTUN, 
‘AJIZAN, 
KAARIHAN, 
JAAHILAN, 
MAYYITAN, 
TA’SIRU SYAIIN MINAL KAINATI BI THOB’IHI, 
QODIMUL ALAM.

Kemudian dikumpulkan 28 Mu’taqod yang terkandung di dalam makna ISTIQNA dengan 22 Mu’taqod yang terkandung di dalam makna IFTIQOR, jadi jumlahnya ada 50 Mu’taqod. Inilah yang dapat difahami dari kandungan makna لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ

Adapun yang terkandung di dalam makna kalimat  مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ itu ada 14 Mu’taqod. 

Adapun makna kalimat مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ  itu adalah ثـُبُوْتُ الرِّسَالَةِ لِسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ (TSUBUUTUR RISAALAH LI SAYYIDINA MUHAMMAD) artinya Wajib tetapnya sifat-sifat utusan itu ada pada diri Baginda Nabi Muhammad صَلّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ

Adapun Mu’taqod yang terkandung di dalamnya yaitu :
Yang  Wajib ada 4, rupanya :
 
SIDIQ, 
AMANAH, 
TABLIQ, 
FATONAH.

Yang  Mustahil ada 4 rupanya : 

KIDZIB, 
KHIANAT, 
KITMAN, 
BALADAH.

Yang Jaiz ada 1, rupanya :  وُقـُــوْعُ الاَعْـرَاضِ البَشَـرِيَّةِ لَـــهُ(WUQU’UL A’RODHIL BASYARIYATI LAHUM) artinya Wajib terdapatnya sifat-sifat bangsa manusia pada diri para Rosul semua. مُسْتَحِيْلُ اِتِّصَافـُهُ بِصِفـَاتِ الاُلُوْهِيَّةِ اَوْ بِصِفـَاتِ المَلاَئِكَةِ (MUSTAHILU ITTISHOFUHU BISIFATIL ULUHIYAH AU BISIFATIL MALAIKAT) artinya Mustahil terdapatnya sifat ketuhanan atau sifat malaikat pada diri para Rosul semua.

Kemudian Mu’taqod yang dapat difahami juga dari makna  مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ itu ada 4, rupanya :

AL-IMAANU BI SAAIRIL AMBIYA’,
AL-IMAANU BI SAAIRIL MALAIKAT,
AL-IMAANU BI SAAIRIL KUTUBIS SAMAWIYAH,
AL-IMAANU BIYAUMIL QIYAMAH.

Kemudian dikumpulkan 14 Mu’taqod yang terkandung di dalam makna kalimat مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ dengan 50 Mu’taqod yang terkandung di dalam makna kalimat  ̃لاَ اِلٓهَ اِلاَّ اللهُ jadi jumlahnya ada 64 Mu’taqod.

Adapun Mu’taqod yang 64 ini Wajib atas tiap-tiap orang mukallaf semua untuk mengetahuinya secara terperinci beserta dalil-dalilnya sekalian. Tamat Wallahu a’lam Bissowaab.