
PONPES NUR AL-TAUHID
Rabu, 16 Desember 2020
PENJELASAN ILMIAH BAGI PARA SAHABAT YANG LEBIH MENYUKAI "ULAMA SEJUK" DAN MENJAUHI "ULAMA YANG PANAS/KERAS".

Minggu, 06 Desember 2020
ISLAM ADALAH AGAMA PARA NABI DAN RASUL
Beberapa kalangan beranggapan bahwa Nabi yang pertama kali membawa agama Islam adalah
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sedangkan nabi-nabi terdahulu,
menurut mereka, membawa agama yang berbeda-beda.
Menurut mereka, Nabi Ibrahim alaihissalam beragama tauhid, tidak beragama Islam, dan Allah menurunkan kepada Nabi Musa dan Isa alaihimassalam agama Yahudi dan Nashrani, bukan agama Islam. Anggapan seperti ini tentu tidak benar karena tidak sejalan dengan ayat-ayat Alquran dan hadis yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama semua nabi dan rasul.
Agama para Nabi dan Rasul adalah Islam , Allah berfirman :
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسلامِ دِيْنًا فَلَنْ يُقْبَلُ مِنْهُ وَهُوَ فِى الاَخِرَةِ
مِنَ الخَاسِرِيْن
( سورة ءال عمران ٨٥ )
Maknanya
: " Barang siapa mencari Agama selain agama Islam, maka sekali - sekali
tidaklah akan diterima ( agama itu ) darinya, dan dia di ahirat termasuk
orang-orang yang rugi ".
Allah ta'ala juga berfirman
اِنَ الدِّيْنَ عِنْدَ اللَّهِ الإسلامِ ( ١٩ ) سورة ءال عمران
Maknanya
: " sesungguhnya ( satu-satunya) Agama ( yang diridloi ) menurut Allah
hanyalah Islam". ( Q.S Ali ' Imron :19 ).
Islam adalah agama yang diridhoi Allah untuk dianut para hambanya dan Allah memerintahkan kita untuk mengikutinya.
Seluruh para nabi adalah muslim, orang yang mengikuti nabi Musa disebut muslim Musawi, orang yang mengikuti nabi Isa disebut muslim 'Isawi , dan boleh dikatakan untuk orang yang mengikuti nabi Muhammad muslim Muhammadi.
Sejak Nabi Adam as manusia seluruhnya memeluk satu agama yaitu Islam. Syirik dan kekufuran kepada Allah baru terjadi setelah wafatnya nabi Idris 'alaihissalam.
Dengan demikian, maka nabi Nuh adalah nabi pertama yang diutus kepada orang-orang kafir, beliau mengajak kaumnya untuk menyembah Allah yang esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan Allah telah memperingatkan umat manusia setelahnya dari bahaya kesyirikan.
Islam
berlanjut diperkenalkan oleh Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya. 25 nabi dan rasul tidaklah berbeda agamanya, karena aqidah agama islam "La nufarriqu
baina ahadin min hum."
"Sejak
nabi pertama, Nabi Adam hingga nabi terakhir Rasulullah seluruhnya menyatakan
dirinya sebagai Muslim. "Wa nahnu lahu muslimuun”, ayat itu sesuai
surat Al-Baqarah ayat 136 dan juga surat Al-Imran ayat 84,"
Surat
Al-Baqarah ayat 136 yang artinya:
قُولُوا
آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ
وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ
أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
"Katakanlah
(hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq,
Ya'qub dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa
yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."
Berarti dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa, seluruh Nabi dan Rasul hanya membawa satu ajaran Allah yakni agama Islam yaitu, innaddina indallahil Islam (QS Ali Imran: 19).
Wasiat yang diturunkan dari rasul ke rasul ialah tegakkan agama. Prinsip ajaran agama yang dibawa Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad ialah keesaan Tuhan, percaya adanya kitab suci, serta percaya ada takdir baik dan buruk. Para nabi semua sepakat dan semua mengajarkan itu
Dalam surat Al Anbiya ayat 25 Allah berfirman
وَمَا أَرْسَلْنَا
مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا
أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya Dan
Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
Allah
berfirman, tentang Nabi Nabi Nuh 'alaihis salam
وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dan
aku diperintahkan untuk menjadi muslim.” (QS. Yunus: 72)
Allah
berfirman tentang Nabi Ibrahim,
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Ketika
Tuhannya berfirman: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk
patuh kepada Tuhan semesta alam” . (QS. Al-Baqarah: 131).
Allah berfirman tentang Nabi Ya'qub, ketika beliau berwasiat kepada putra-putranya,
وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ
اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ ۗ
Artinya Dan
Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub.
“Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka
janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”
يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُواْ إِن
كُنتُم مُّسْلِمِينَ
Berkata
Musa: Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah
kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang muslim. (QS. Yunus: 84)
Allah
juga berfirman tentang Nabi Isa 'alaihis salam
آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Saksikanlah
bahwa sebenarnya kami adalah orang-orang muslim.” (QS. Ali Imran: 52)
Kemudian
Nabi Muhammad -Shollallahu 'alaihi wasallam- datang untuk memperbarui dakwah
kepada agama Islam setelah terputus dari manusia di bumi. Nabi
dikuatkan dengan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kenabiannya, sehingga
kemudian sebagian ada yang masuk Islam. Namun orang-orang yang sesat menentang
kenabiannya, diantara mereka memang sebelumnya telah musyrik seperti kelompok
Yahudi yang menyembah 'Uzayr , sehingga bertambahlah kekufuran mereka dari
kekufuran sebelumnya.
Sebagian
dari ahli kitab Yahudi dan Nasrani ada yang beriman kepada Nabi Muhamad saw
seperti Abdullah bin Salam, seorang ulama' Yahudi di Madinah dan Ashamah
an-Najasy raja habasyah yang dahulunya dia seorang Nasrani, kemudian mengikuti
Rosulullah dengan sempurna lalu meninggal di masa Rasulullah masih hidup dan
Rasulullah melakukan shalat ghoib untuknya ketika ia
meninggal. Allah mewahyukan kepada Nabi Muhamad saw tentang
kematiannya, kemudian setelah itu sering terlihat cahaya diatas kuburannya di
malam hari, dan ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa Ashamah telah menjadi
muslim yang sempurna imannya , menjadi salah seorang wali Allah , semoga Allah
meridhoinya.
Orang liberal mengklaim, bahwa Ibrahim adalah bapak dari 3 agama: Islam, Yahudi, dan Kristen. Jelas ini klaim yang tidak sesuai fakta. Telah Allah bantah dalam al-Quran.
Maka berhati-hatilah dengan label Agama Samawi (langit) yang mereka sebarkan ke seluruh dunia, mereka menipu generasi demi generasi agar dianggap sebagai agama yang datang dari Allah, lalu manusia bebas memilih agama yang mana saja karena semua agama itu dari Allah.
Maka ketahuilah bahwa tidak ada agama samawi (langit), seperti apa yang telah disebarkan oleh orang yahudi dan nasrani yang mendapatkan dukungan dari kelompok liberal. Yang ada itu adalah Kitab Samawi (langit) yaitu Taurat, Zabur, Injil dan Alquran, yang mana semua kitab itu diturunkan untuk orang islam.
Untuk menguatkan kebohongan, mereka menjadikan kitab suci sebagai bukti, bahwa agama yahudi dengan kitab taurat dan agama nasrani dengan kitab injil adalah agama yang datang dari Allah dan dibawa oleh para Nabi.
Padahal kitab yang mereka pegang telah dipenuhi campur tangan para Rabi dan Uskup dengan menambahkan dan mengurangi isinya agar sesuai dengan apa yang mereka ajarkan, yang mana ajaran mereka telah jauh keluar dari ajaran para Nabi.
Kebohongan ini bukan hanya tersebar di mensos atau media lainnya saja tapi sudah masuk ke pelajaran di sekolah. Hingga generasi milenial sekarang sudah terjebak ke dalam kebohongan ini.
Maka kita perlu gencar melawan kebohongan ini dan menyampaikan informasi yang sebenarnya agar generasi anak kita dan generasi setelahnya bisa selamat hingga mereka hanya memilih islam sebagai agamanya.
Pilar
keislaman yang menghimpun dan menyatukan seluruh orang Islam adalah beribadah
hanya kepada Allah saja.
Rabu, 11 November 2020
7 BUKTI BAHWA ALAM SEMESTA INI BARU (BERAWAL) DAN PASTI DICIPTAKAN
Bismillah,
alhamdulillah, wa solatu wa salamu ala rosulillah
amma ba'du
Munurut
kaedah pemikiran Akal, bahwa sesungguhnya Wujud atau
perkara yang ada itu hanya dua. Yaitu :
1.Wujud
yang tidak menerima tiada.
2.Wujud
yang menerima tiada.
Yang pertama
di sebut Wajib Wujud
Yang kedua
di sebut Jaiz Wujud atau Mungkin Wujud.
Wajib
wujud itu adalah Zat Allah dan sifat-sifat Allah SWT yang tidak berawal dan
berakhir.
Jaiz wujud
itu adalah seluruh alam semesta yang hanya berisi 2 perkara, yaitu :
1. Zat alam berupa benda atau materi yang bertempat pada ruang secukup dirinya, biasa
disebut JIRIM atau benda/materi.
2.
Sifat alam berupa sifat yang selalu berubah, biasa disebut dengan ARODH.
Wajib
wujud adanya tidak butuh diciptakan, karena dia tidak pernah tiada.
Jaiz wujud rupanya alam semesta ini adanya pasti baru yaitu tadinya tiada lalu berubah menjadi ada. Setiap perkara yang baru pasti diciptakan, tidak mungkin muncul dengan sendirinya.
Banyak diantara orang yang disebut pemikir mengatakan bahwa alam ini baru tapi tidak diciptakan. Disini akan kita buktikan bahwa alam semesta ini baru dan setiap yang baru pasti diciptakan.
Caranya
kita lihat alam yang isinya Jirim dan ‘Arodh, karena hanya dari sinilah kita
akan menetapkan alam semesta ini baru, yang pada akhirnya setelah kita bisa
membuktikannya akan menjadi jalan untuk makrifat kepada Allah subhanahu wa
ta'ala. Sebatas inilah pengetahuan manusia tentang Tuhannya.
Ada 7 (tujuh) cara untuk mengetahui kemahlukan atau kebaharuan Alam (jirim dan aradh)
:
1. Ziida Mengetahui
bahwa pada setiap benda (jirim) itu pasti mempunyai sifat yang berubah (aradh), seperti sifat gerak dan diam.
Contohnya mobil bergerak maka mobil adalah benda/materi dan bergerak adalah sifatnya yang merupakan perkara selain benda/materi.
Maka bedakanlah
tentang hal ini, antara Arodh itu sifat sedangkan benda/jirim adalah dzat.
Maka dipastikan setiap zat pasti punya sifat.
2. Ma qooma Mengetahui
bahwa sifat (aradh) pada setiap benda itu tidak bisa berdiri sendiri.
Apakah
ada orang yang berakal pernah menyaksikan adanya sifat benda (aradh) tanpa ada
bendanya (jirim) ??? Kita ambil contoh sifat benda yang sudah di pahami tanpa
perlu mencari, seperti GERAK dan DIAM. Apakah pernah terjadi sifat gerak atau
sifat diam muncul tanpa menempel pada sebuah benda ???
Maka dipastikan setiap sifat tidak bisa berdiri sendiri.
3. Ma
intaqola Mengetahui bahwa sifat (arodh) yang ada pada satu benda itu tidak
bisa pindah ke benda (jirim) yang lain.
Ketika
sebuah benda (jirim) A sedang bergerak kemudian berganti menjadi diam, gerak
yang tadi sudah tidak ada lagi pada benda (jirim) A tersebut, maka
tidak mungkin sifat gerak tadi berpindah ke benda (jirim) lain.
Seperti
halnya penyakit menular yang pindah dari satu tubuh ke tubuh lain. Ini tidak
mungkin terjadi, karena berpindah dari satu benda ke benda yang lain itu
memungkinkan sifat itu berdiri sendiri yaitu setelah dia keluar dari wujud yang
satu dan belum sampai pada wujud kedua, maka ini menyalahi pembuktian ke 2
diatas bahwa sifat (arodh) tidak bisa berdiri sendiri.
Maka dipastikan bahwa apabila sifat yang baru muncul pada sebuah benda maka sifat yang lama pasti tiada.
4. Ma
Kaamina Mengetahui bahwa gerak tidak bersembunyi pada jirim yang diam dan
begitu sebaliknya, diam tidak bersembunyi pada jirim yang gerak.
Karena
gerak dan diam adalah dua sifat yang saling berlawanan. Artinya tidak bisa di
katakan "jirim itu sedang bergerak dan diam" (secara
bersamaan dalam satu waktu).
Maka dipastikan bahwa apabila sifat yang baru muncul pada sebuah benda maka sifat yang lama pasti tiada.
5. Ma
infakka Mengetahui bahwa Jirim dan Aradh tidak bisa saling berpisah.
Tidak
mungkin ditemukan, bahwa ada jirim tanpa arodh atau sebaliknya, karena itu
mustahil. Apabila sifat A telah berdiri pada satu benda maka keduanya
tidak bisa dipisahkan. Apabila sifat A itu tiada maka benda itupun akan ikut
tiada secara bersamaan, karena keduanya saling terkait (mulazamah)
Maka dipastikan zat dan sifat keduanya selalu terikat (lazim) apabila satu tiada maka yang lain juga tiada.
6. La
udma Qodima Mengetahui bahwa sesuatu yang Wujud dan telah di ketahui
adamnya, tak bisa di sebut wajib wujud atau qodim (tidak berawal)
Karena Qodim itu tidak pernah Adam. Adapun aradh yang telah kita saksikan
Adam (tiada) nya setelah wujud, maka
dia bukanlah Qodim. Kalau bukan qodim, tentu dia adalah Baru.
Karena tidak ada tengah antara ke duanya. Begitulah cara berfikir yang benar.
Maka dipastikan bahwa arodh itu wajib baru karena pernah tiada maka jirim
tentu mengikuti, sama-sama wajib baru karena keduanya saling
terkait (mulazamah).
7. La khiina Mengetahui mustahilnya hawadits tidak berawal. Kalau di tetapkan bahwa arodh itu wajib baru karena pernah tiada maka jirim tentu mengikuti, sama-sama wajib baru karena keduanya saling terkait (mulazamah).
Maka dipastikan bahwa setiap zat yang mempunyai sifat baru maka zat itu juga pasti baru yaitu ada permulaannya,
mustahil tidak berawal.
Mengapa
perlu diketahui? Karena sebagian kaum mengatakan (setelah mendengar beberapa
hujjah di atas) bahwa alam ini adalah sebuah perkara Baru tetapi tidak bermula. Aneh
memang, tapi itulah kenyataan yang keluar dari mulut mereka
kaum Falasifah, Wahhabiyyah Mujassimah, Mu'tazilah dan lain
sebagainya. Mereka mengatakan bahwa sebelum benda/materi itu ada, sifat gerak atau diam sudah terlebih dahulu muncul, keduanya sudah ada sebelum benda.
Kata filosof “Tidak ada gerak kecuali ada gerak sebelumnya, begitu seterusnya sampai tak terhingga. Begitu juga sesudah gerak atau diam bahwa tidak ada gerak atau diam kecuali sesudahnya juga gerak atau diam, begitu sesamanya”.
Seperti contohnya bumi ini berputar maka putaran yang sekarang didahului
putaran yang sebelumnya begitu seterusnya, hingga mereka katakan putaran bumi
ini Qodim. Itulah yang mereka maksud dengan perkara hawadits/baru yang tidak bermula
alias Qodim.
Kita
katakan pada mereka "Dimanakah keberadaan gerak/diam yang kalian katakan qodim
itu sebelum bumi ini ada ? Berpisah dari bumikah ? atau
Bersembunyikah dia ? atau menunggu kedatangan bumi dengan berdiri sendiri
? atau bumi serta geraknya itu Qodim ? Semua
itu Mustahil terjadi dengan dalil diatas.
Dari tujuh argumentasi tentang barunya alam semesta diatas bisa kita simpulkan menjadi 2, yaitu :
Pertama
ada 3 argumentasi untuk membuktikan benda (jirim) itu baru yaitu dalil nomer 1, 5 ,
7.
Kedua
ada 4 argumentasi untuk membuktikan sifat (arodh) itu baru yaitu dalil nomer 2, 3, 4,
6.
Apabila alam
semesta telah dibuktikan seluruhnya wajib baru maka alam semesta juga pasti
diciptakan. Apa buktinya ???
Buktinya bahwa
sesuatu yang baru adalah sesuatu yang dulunya tiada lalu berubah menjadi ada. Maka posisi
keduanya dalam keadaan seimbang antara adanya dan tiadanya. Bagaikan sebuah
timbangan yang sama posisi kedua bejananya. Maka kedua posisi yang seimbang itu
tidak akan bisa saling mengungguli yang lainnya dengan sendirinya. Karena apabila
salah satunya bisa naik sendiri maka bejana lainpun akan bisa naik sendiri, akan
terjadi keduanya naik secara bersamaan maka ini super mustahil, karena akan
terkumpul dua perkara yang berlawanan pada satu benda.
Kesimpulannya
sebuah timbangan yang seimbang kedua sisinya apabila naik salah satunya pasti
karena ada yang menentukan sisi mana yang akan naik.
Alam semesta
ini sebelum adanya dalam keadaan seimbang, maka pasti ada sang penentu
yang bisa memilih untuk memunculkan salah satunya yaitu antara adanya atau tiadanya.
Sang penentu itu adalah ALLAH swt sebagai kreator yang mendesain alam semesta dan seluruh
isinya.
Adapun nama sang pencipta yang mendesain alam semesta ini adalah ALLAH maka itu tidak dihasilkan dengan argumentasi akal tapi itu datang dari seorang Nabi yang menjadi utusan untuk memberitakan nama Allah dan yang lainnya.
Itulah
penjelasan singkat tentang bait yang telah masyhur di kalangan para pakar ilmu
tauhid yang berbunyi :
مَاانْفَكَّ
لاَ عُدْمَ قَدِيْمَ لاَ حِنَا # زِيْدَ مَاقَامَا مَاِنْتَقَلَ مَاكَمِنَا
(ziida ma
qoma ma intaqola ma kaamina ma infakka la udma qidima la khina)
Tujuh pengetahuan
tersebut di kenal oleh para ulama ahli kalam Ahlu Sunnah
dengan sebutan Matholibus Sab'ah (tujuh pencarian).
Di katakan bahwa barang siapa yang mengetahui matholib sab'ah tersebut maka dia
selamat dari tujuh pintu neraka jahannam. Berfikirlah wahai saudaraku...
Makrifat
kepada Allah itu tidaklah susah, Cukup kenali diri
kita sendiri. Kenali bahwa diri kita terdiri dari Jirim dan Aradh, lalu kenali apa yang wajib, mustahil dan jaiz pada keduanya. Insya Allah kita mendapatkan akidah yang bersih yang dapat bermanfaat kelak di
ahirat dengan anugrah Allah subhanahu wa ta'ala.
Waffaqoniyallah Wa iyyakum li mardlotihi... Amiin....
Selasa, 10 November 2020
PERBUATAN YANG TIDAK DILAKUKAN NABI, HARAMKAH KITA MENGERJAKANNYA ?
Di antara orang yang mengatakan maulid adalah bid’ah karena
acara maulid tidak pernah ada di zaman Nabi, sahabat atau kurun salaf. Pendapat
ini muncul dari orang yang tidak faham bagaimana cara mengeluarkan hukum (istimbat)
dari Al-Quran dan as-Sunah.
Sesuatu yang tidak dilakukan Nabi atau Sahabat –dalam term
ulama usul fiqih disebut at-tarku dan tidak ada keterangan apakah hal
tersebut diperintah atau dilarang maka menurut ulama ushul fiqih hal tersebut
tidak bisa dijadikan dalil, baik untuk melarang atau mewajibkan.
Al-Imam Syekh Abdullah al Ghomariy mengatakan ;
“Setiap perkara apapun yang ada landasannya dari Syara’ maka itu bukan bid’ah.
walaupun tidak dikerjakan oleh Salaf”
[Husnu
At-Tafahum wa Ad-Dark fiy Masail At-Tarku]
Dalam
kitab lain disebutkan, ”Setiap perkara yang memiliki landasan Syara’ dan
walaupun tidak dikerjakan oleh Salafu Shaleh, maka itu tidak buruk”.
[Mafhum
Al-Bid’ah ‘Inda Ulama’ Al-Ummah]
Kaidah Ushul mengatakan, “apa yang ditinggalkan tidak menunjukkan bahwa sebuah
perbuatan terlarang (haram)”
Untuk
menunjukkan sesuatu itu haram, Alquran dan sunnah menggunakan lafazh-lafazh
larangan, tahrim atau ancaman siksa (‘iqab), seperti:
ولا تقربوا الزنا الإسراء :
Artinya “…dan
janganlah engkau dekati zina…”(Al-Isra:32)
ولا تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل البقرة
Artinya “…dan
janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan cara yang
batil…”(Al-Baqarah:188)
حرمت عليكم الميتة و لحم الخنزير المائدة
Artinya “Diharamkan
atasmu bangkai dan daging babi…”(Al-Maidah:3)
Dari
nash-nash di atas, para ulama mengistimbat hukum bahwa zina, memakan harta
orang lain secara batil, memakan bangkai dan babi serta berbohong adalah haram.
Dan tidak pernah di dalam istimbat hukum, para ulama kita menggunakan tarku Nabi
(sesuatu yang ditinggalkan atau tidak dikerjakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam) sebagai hujjah untuk mengharamkan sesuatu.
Perhatikan
ayat dan hadits berikut ini:
وما أتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا
الحشر:
“…dan apa-apa yang Rasul datangkan kepadamu maka ambillah dan apa-apa yang
Rasul larang maka tinggalkanlah…”(Al-Hasyr:7)
Dari
ayat di atas sangat jelas bahwa kita disuruh meninggalkan sesuatu jika dilarang
Rasul, bukan ditinggalkan atau tidak dilakukan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa
salam .
Coba
perhatikan bunyi ayat di atas: وما نهاكم عنه
bukan وما تركه.
Kemudian
coba perhatikan hadits berikut ini:
قال قا ل صلى الله عليه و سلم: ما أمرتكم به
فأتوا منه ما ستطعتم وما نهيتكم عنه فاجتنبوه رواه البخاري
Nabi Saw
bersabda: “Apa yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampumu dan apa yang aku
larang maka jauhilah !”
Dari
hadits di atas sangat gamblang bahwa bunyi haditsnya:
“وما نهيتكم عنه” dan bukan وما تركته فاجتنبوه
Para
ulama ushul fiqih mendefinisikan sunnah (السنة)
sebagai: perkataan (القول), perbuatan (الفعل) dan persetujuan (التقرير) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bukan tarku-nya (الترك). Jadi siapapun yang melakukan sesuatu dan
sesuatu itu tidak pernah dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
bisa dikatakan dia telah bertentangan dengan sunnah, sebab tarku bukan bagian
dari sunnah.
Para
ulama ushul fiqih telah bersepakat semuanya bahwa landasan hukum (hujjah) untuk
menentukan sesuatu itu wajib, sunnah, mubah, haram dan makruh dengan empat
landasan hukum yaitu: Alquran, sunnah, ijma’ dan qiyas. Dan tidak pernah
at-tarku dijadikan sebagai landasan hukum (hujjah).
Jika
ada yang mengatakan bahwa ada ”Sunnah Tarkiyyah” maka itu jelas-jelas telah
menambah-nambah dan membuat-buat dalil dalam agama dan itu bid’ah dhalalah.
Selaras
dengan apa yang disampaikan oleh Imam Syafi’i, Imam Abu Muhammad Abdullah
Qutaibah didalam Al-Ikhtilaf fi Lafdzi wa Ar-Rad ‘alaa Al-Jahmiyyah wa
Al-Musyabbihah : “perbuatan membid’ahkan pendapat yang masih bersandarkan
hujjah dalam agama Allah adalah bid’ah”.
Wassalam,
Disarikan
dari tulisan Mahasiswa Universitas Al Azhar Kairo Fakultas Syariah Wal Qanun
dengan beberapa penambahan.
Referensi
;
–
Kitab Husnut-Tafahumi wa Ad-Darki Limas’alatit-Tark
– Mafhum Al-Bid’ah ‘Inda Ulama’ Al-Ummah.
Jumat, 06 November 2020
Bagi yang Haus Kemurnian Agama Maka Belajarlah Ilmu Tasawuf | 2
Sekarang akan kita perluas pembahasan tentang ikhsan dalam ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya.
Tidak akan berhasil seseorang mengerjakan perintah ikhsan ini kecuali dengan beberapa sarana dan tahapan
Sangatlah jelas bahwa kenikmatan yang diberikan Allah kepada hambanya itu tidak pernah putus, dari detik ke detik. Sesungguhnya manusia itu adalah hamba yang sangat dimuliakan oleh Allah, bumi sebagai tempat tinggalnya telah dipenuhi dengan jutaan kenikmatan, langit sebagai atapnya telah dipenuhi dengan jutaan kenikmatan dan manusia dari atas kepala hingga kakinya dipenuhi dengan kenikmatan. Dan semua kenikmatan itu selalu berubah berganti dengan kenikmatan baru hingga tidak akan bisa dihitung jumlahnya.
Apabila seorang hamba kembali dalam kesadarannya dan bisa mengingat kenikmatan yang diberikan oleh Allah sebagai anugerah pada dirinya, baik ketika menerima setiap kenikmatan itu atau ketika mengingat salah satunya, dan selalu menyadari semua kebaikan dari Allah maka akan muncul rasa cinta di hatinya kepada Allah zat yang selalu memberikan kebaikan. Karena sesungguhnya jiwa manusia itu akan terikat dan tertarik untuk mencintai orang yang selalu berbuat baik pada dirinya. Dan ketika seorang hamba terus tenggelam bersama kebaikan kebaikan Allah, selalu mengingat dan memikirkannya maka akan bertambah pula rasa cinta dan pengagungan kepada Allah SWT.
Kemudian cinta yang kuat ini akan berperan sangat besar dalam kehidupan seseorang, dia bisa mematikan keburukan yang ada dalam hati, bisa menahan gejolak di dalam diri dan bisa membatasi perasaan yang muncul dalam hati, yang mana kecintaan kepada Allah ini nanti akan nampak jelas pada dirinya dan membuahkan penyaksian kepada Allah.
Maka akan mencairlah kefanatikan dalam diri dan dokrin yang tertanam dalam hati, dan akan kembali sang memimpin diri yang mana sebelumnya dia terbelenggu oleh hawa nafsu, dan akan melemah naluri perasaan yang mengendalikan pergerakan anggota badannya. Maka dia akan menjadi manusia beriman yang bersih hatinya, yang mana Allah mensifati mereka dalam surat Al Baqoroh 165
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ
Artinya Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.
Apakah tergambar seseorang yang sangat cinta yang kepada Allah tidak melakukan solat dengan baik, maksudnya dia tidak sadar bahwa Allah menyaksikan dirinya ketika dia menghadap kepada Allah, ketika dia ruku’, ketika dia sujud ? atau apakan tergambar masih muncul dalam solatnya kesibukan memikirkan dunia di dalam hatinya, naluri perasaannya membawa dia lupa mendekatkan diri kepada Allah dan lupa kalau keselamatan dirinya ada dalam kekuasaan Allah SWT ?
Jawabannya pasti tidak akan tergambar keadaan seperti itu terjadi pada seorang hamba yang cinta kepada Allah, selama cara ini terus di jalankan dan di lakukan. Sungguh benar-benar muncul keadaan baru di dalam hati seseorang yang akan diperolehnya dengan jalan selalu mengingat Allah, yang disebut dengan IKHSAN. Muncul diantara bangunan keimanan yang berpusat di dalam akal dan bangunan islam yang di kerjakan oleh anggota badan.
Sekarang telah jelas, siapa lagi kiranya orang yang tidak tahu bahwa sesungguhnya perintah ikhsan yang telah disampaikan oleh Rasulullah adalah pintu untuk kesempurnaan islam, bahkan tidak hanya itu tapi menyeluruh hingga pada kesempurnaan iman dan islam !!! bukankah menjalankan rukun islam tanpa rukun ikhsan adalah sama seperti tubuh tanpa ruh atau seperti patung yang tidak bergerak ?
Lalu apakah bisa di samakan antara orang yang benar-benar membangun islam dengan orang yang berpura-pura dan hanya basa basi, dia masih tenggelam di dalam kubangan hawa nafsu dan syahwatnya, masih tunduk pada segala keinginannya dan berpegang kepada doktrin. Pada kenyataannya banyak terlihat dalam kehidupan manusia yang masih demikian. Ini terjadi karena hubungan antara akalnya orang mukmin dengan ketundukan diri sebagai orang islam terputus atau tidak ada. Tidak muncul diantara keduanya perjalanan ikhsan, yang mana tidak akan bisa seseorang sampai pada kedudukan ikhsan ini kecuali dengan jalan memperbanyak mengingat Allah dan cara mengingatnya adalah dengan pendekatan yang selalu diperbaharui.
Apabila telah jelas bahwa jalan untuk bisa sampai menjadi orang yang beribadah dengan ikhsan adalah selalu mengingat Allah, karena itu merupakan cara yang paling baik untuk bisa mendatangkan kecintaan kepada Allah, yaitu jalan yang penuh dengan pengekangan diri dan pembersihan nafsu.
Lalu apakah ada seorang muslim yang meremehkan pengobatan jiwa dengan cara ini, apalagi menolak dan memasukkannya dalam kelompok ajaran bid’ah dan perkara baru yang dibuat-buat.
Bagaimana mungkin seorang muslim yang sungguh-sungguh dalam membangun keislamannya akan mengingkari cara ini, sedangkan di dalam alquran begitu banyak ayat memerintahkan untuk berzikir, sebagai peringatan bagi orang yang lalai, begitu banyak ayat yang memerintahkan agar kita menetapi jalan pensucian dan pembersihan hati dari segala macam kekotoran hati yang dinamai oleh Allah “MAKSIAT HATI”.
Apabila datang seseorang membawa petunjuk untuk murid-muridnya dan menolong mereka dengan mengikuti jalan yang diajarkan, yaitu jalan menuju pemberihan hati dengan cara tertentu hingga bisa menjadi orang yang qona'ah, punya keyakinan yang dalam dengan akalnya, hingga bisa bangkit rasa cintanya kepada Allah, ada rasa takut kalo jauh dari Allah, muncul rasa pengagungan yang besar, dan semua itu berhasil membangun perasaan yang mendominasi hati seorang murid.
Lalu dia berkumpul bersama dan membuat tatacara ibadah tersendiri dengan wirid-wirid dan kata-kata bijak yang dipilihnya sendiri, yang tujuannya bisa mengeluarkan mereka dari kubangan kelalaian menuju kepada menaiki tangga zikir dan mengingat Allah, hingga bisa menyaksikan Allah yang mata hatinya dan sampai menjadi orang yang beribadah dengan ikhsan, yang mana ibadah dengan ikhsan ini adalah sebaik-baiknya ibadah dan sebaik-baiknya pendekatan diri kepada Allah karena bisa beribadah seakan-akan melihat Allah.
Sekarang saya akan bertanya, apabila datang seseorang yang memberi nasehat dan mengajarkan pada murid, santri atau kawannya sebuah cara agar bisa selalu mengingat Allah, apakah itu termasuk ajaran yang buruk karena meninggalkan perintah Allah dan ajaran Rasulullah untuk membuat benar dirinya sendiri baru kemudian mengajarkannya kepada orang lain ?
Siapakah mereka itu yang mana Allah menjelaskan tentang mereka dalam Alquran surat Fusilat 33
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Artinya Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Dan mereka pula yang dijelaskan oleh Rosulullah dalam sebuah haditsnya
لَأَنْ يَهْدِي اللهَ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حَمْرٍ النِعَمِ
Artinya apabila kamu bisa mengajak satu orang ke jalan Allah maka itu lebih baik bagi dari memiliki unta merah.
Kemudian jika datang seseorang dengan membawa ajaran pembersihan jiwa, lalu menamainya dengan TASAWUF atau ILMU SULUK atau AJARAN SUCI. Apakah karena nama ini mengalahkan penamaan yang telah ada dalam agama, lalu harus kita anggap sebagai sesuatu yang batal. Coba luaskanlah pikiran, kita kesampingkan dulu itu penamaan, tatacara, pelajaran. Kita harus bisa melihat mana yang benar, jangan sampai kita berdiri ditempat yang salah, jangan menimbang sesuatu dengan tidak adil, timbanglah sesuatu dengan adil.
Apabila ada yang berkata, jalan tasawuf yang kalian tempuh itu penuh dengan perbuatan bid'ah yang tidak ada dasar dari alquran dan sunnah ?
maka jawablah, anda harus bersyukur karena memiliki kecemburuan pada kebaikan dan selalu menegakkan yang benar agar tidak tercampur dengan sesuatu yang keluar dari ajaran rasulullah.
Tetapi kecemburuan itu tidak seharusnya menghancurkan perjalanan orang lain yang sedang menuju pada kebaikan, apalagi sampai bosan menyampaikan kebaikan dan menolong saudaranya keluar dari kesalahan.
Apakah menganggap diri lebih benar dan salah pada orang lain adalah jalan pembersihan hati dan jalan untuk bisa sampai pada kedudukan ikhsan, atau ini merupakan cara menyelamatkan seseorang dari ketersesatan, maka cara seperti ini justru cara yang bid'ah, tipuan yang sangat halus dengan menganggap orang lain yang tidak seperti kita itu salah dan telah keluar dari jalur agama.
Mungkin inilah penyebab banyaknya tersebar bid'ah yang mana banyak orang menyalahkan orang lain hanya karena penggunaan kalimat tasawuf yang dianggapnya bid'ah atau menggunakan kalimat yang lain yang tidak sama dengan ungkapan yang di gunakan mereka..
Maka cara yang seperti ini bukanlah warna sebuah kritik untuk membuat bangunan menjadi lebih baik tetapi justru merupakan penghakiman yang bertujuan menghancurkan bangunan agama orang lain secara keseluruhan, dan penyebabnya hanya karena tidak enak dipandang mata ...
Temukan perbuatan bid'ah dalam setiap perbuatan baik dalam agama, lalu focuslah untuk mengingkarinya dan berusaha mengilangkan semua itu, mengajak untuk membersihkannya, peringatkanlah bahayanya, maka dengan cara itu semua batang dan daun parasit akan rontok, lalutanaman akan mekar dan tumbuh dengan sehat bersih dari tercampur sesuatu yang akan merusaknya.
Sesungguhnya orang islam pada masa ini berada dalam titik kehausan dan membutuhkan kejernihan beragama yang bisa membebaskan dari kekejaman dunia dan dari godaannya yang sangat halus dan mempesona yang mana sekarang telah merajalela.
Apabila tersedia untuk kaum muslimin seseorang yang bisa menuntun mereka pada tujuan agama yang benar-benar bersih dari kekotoran dan bid'ah, maka pasti mereka akan mengandalkannya, mereka akan bahagia dan mereka akan berharap dari jalan itu yang merupakan saluran tanpa penghambat apapun.
Namun Kaum muslimin tidak menemukan di hadapannya kecuali hanya orang yang menghalangi, mencegah dan menakut-nakuti mereka dari mengikuti jalan bersih ini dengan fitnah penuh dengan bid'ah. Tetapi orang-orang ini mencegah tanpa memberikan solusi atau alternatif lain untuk bisa selamat.
Maka pasti kaum muslimin akan menyambut sebuah ajakan ketaatan kepada Allah karena kebutuhan yang sangat mendesak dan pasti akan menolak pada peringatan dari orang-orang yang tidak bisa memberikan alternatif lain kecuali hanya ada kehausan pada pertengkaran.
Maka sekarang sangatlah jelas bahwa mereka yang kehausan pasti membutuhkan tuntunan dari KITAB HIKAM IBNU ATHOILLAH atau yang serupa dengan kitab ini, yang mana dengan tuntunan ini seseorang akan bisa memperoleh agama islam yang murni dan bersih, jauh dari tercampur dengan bid'ah dan perkara munkar. Dan akan bisa diperoleh semua itu apabila mereka mau mengambil nasehat untuk diri sendiri agar naik ke tingkat yang lebih tinggi yaitu cinta kepada Allah, mengagungkan Allah, punya rasa takut kepada Allah, ridho kepada Allah, percaya sepenuhnya kepada Allah, tawakal kepada Allah, apakah bisa iman kepada Allah tanpa itu semua ?
Semoga semua yang mau mengambil nasehat dari KITAB HIKAM ini atau yang semisalnya segera memperoleh penghambaan yang murni dengan tanpa tercampur kerusakan dan bid'ah.
WALLAHUA'LAM.