AHLAN WASAHLAN DI BLOG PONDOK PESANTREN NUR AL TAUHID MARUNDA JAKARTA UTARA

Jumat, 28 Juni 2019

Kitab Hikam Karya Al Imam ibnu Athoillah





بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ ,  اَمَّا بَعْدُ

Buku ini adalah penjelasan dari Kitab Matan Hikam yang dikarang oleh seorang imam besar yang Alim dan Arif kepada Allah yaitu Syekh Ahmad bin ‘Athoillah. Adapun saya hanya menuliskan ke dalam gaya bahasa yang lebih mudah, supaya gampang difahami bagi orang-orang awam seperti saya dan gampang juga untuk orang yang mau mengkaji. 


Mengenal imam Ahmad ibn Athoillah as-Sakandari

Nama lengkapnya adalah Syekh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdurohman bin abdillah bin ahmad bin isa bin husain bin Atha’illah As-Sakandari. Ia lahir di Iskandariah (Mesir) pada 648 H/1250 M, dan meninggal di Qohiroh Kairo pada 709 H/1309 M. Julukan Al-Iskandari atau As-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu.

Beliau banyak mendapat julukan dari para ulama di zamannya,
1. Sang guru
2. Sang imam (panutan)
3. Qutbul arifin (puncaknya orang arif)
4. Penterjemah orang-orang yang wusul kepada Allah
5. Pembimbing orang yang menuju Allah
6. Pengangkat orang yang terjerumus dalam kerusakan
7. Yang berhasil menampakkan matahari kerohanian
8. Yang bisa menampilkan rahasia yang rumit
9. Orang yang sudah sampai kepada Allah dan orang yang bisa mengantar murid-muridnya kepada Allah
10. Tajuddin (mahkota Agama) abul Fadhol nama kuniahnya dan mendapat julukan dari gurunya syeh abul abbas almursi dengan nama “Mufti Madzhabaein” artinya orang yang bisa memberi fatwa pada dua mazhab yaitu mazhab fiqih dan mazhab tasawuf.

Masa kecilnya hidup di bawah bimbingan sang ayah yang merupakan tokoh ahli figih, hingga beliau tumbuh menjadi ahli figih dan pengajar dalam ilmu tersebut. Namun sang ayah termasuk salah satu dari ahli figih yang kurang sejalan dengan ajaran para ulama tasawuf. Berbeda dengan sang anak yaitu syeh ibn athoillah, beliau merupakan tokoh ahli figih yang mau mencari tahu kebenaran. Hingga beliau berusaha mendekat kepada tokoh-tokoh tasawuf pada masa itu. 

Salah satu tokoh tasawuf yang terkenal pada masa itu adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri Tarikat Al-Syadziliyah yang kemudian menjadi guru dan pembimbingnya dalam tasawuf. Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus Mursyid ke tiga dari tarikat Al-Syadzili.

Banyak buku karangan beliau dari berbagai disiplin ilmu hingga tidak kurang dari 20 kitab. Yang akan saya terjemahkan disini adalah salah satu dari karangan beliau yang termasyhur dan hampir setiap ulama tasawuf pasti membaca kitab ini yaitu kitab Al-Hikam.

Hikam adalah kata jamak dari hikmah yang artinya kalimat-kalimat singkat yang kaya makna. Menurut Syeh Muhamad Hayat Assindi di dalam kitab ini terkumpul 264 hikmah, yang nanti akan dijelaskan hikmah per hikmah. Diantara keistimewaan kitab hikam ini seperti dikatakan oleh ulama

لَو جَازَتِ الصَّلَاةِ بِشَئٍ غَيْرِ القُرْآنِ لَجَازَتِ الحِكَامِ لِإِبْنِ عَطَاءِاللهِ

 “Andaikata bacaan surat di dalam sholat itu boleh digantikan maka kitab hikam ini adalah salah satu yang patut dijadikan penggantinya”. Maka kitab ini salah satu diantara kitab yang paling banyak di beri syarah hingga lebih dari 10 pensyarah.

24 Syawal  1440
Kampung Bambu Kuning, Marunda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar