الحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ
سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ , اَمَّا
بَعْدُ
Buku ini adalah penjelasan dari Kitab Matan Hikam yang dikarang oleh seorang imam besar yang Alim dan Arif kepada Allah yaitu Syekh Ahmad bin ‘Athoillah. Adapun saya hanya menuliskan ke dalam gaya bahasa yang lebih mudah, supaya gampang difahami bagi orang-orang awam seperti saya dan gampang juga untuk orang yang mau mengkaji.
Mengenal imam Ahmad ibn Athoillah as-Sakandari
Nama lengkapnya adalah Syekh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdurohman bin abdillah bin ahmad bin isa bin husain bin Atha’illah As-Sakandari. Ia lahir di Iskandariah (Mesir) pada 648 H/1250 M, dan meninggal di Qohiroh Kairo pada 709 H/1309 M. Julukan Al-Iskandari atau As-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu.
Beliau banyak mendapat julukan dari para ulama
di zamannya,
1. Sang guru
2. Sang imam (panutan)
3. Qutbul arifin (puncaknya orang arif)
4. Penterjemah orang-orang yang wusul kepada
Allah
5. Pembimbing orang yang menuju Allah
6. Pengangkat orang yang terjerumus dalam
kerusakan
7. Yang berhasil menampakkan matahari kerohanian
8. Yang bisa menampilkan rahasia yang rumit
9. Orang yang sudah sampai kepada Allah dan
orang yang bisa mengantar murid-muridnya kepada Allah
10. Tajuddin (mahkota Agama) abul Fadhol nama
kuniahnya dan mendapat julukan dari gurunya syeh abul abbas almursi dengan nama
“Mufti Madzhabaein” artinya orang yang bisa memberi fatwa pada dua
mazhab yaitu mazhab fiqih dan mazhab tasawuf.
Masa kecilnya hidup di bawah bimbingan sang ayah yang
merupakan tokoh ahli figih, hingga beliau tumbuh menjadi ahli figih dan pengajar
dalam ilmu tersebut. Namun sang ayah termasuk salah satu dari ahli figih yang
kurang sejalan dengan ajaran para ulama tasawuf. Berbeda dengan sang anak
yaitu syeh ibn athoillah, beliau merupakan tokoh ahli figih yang mau mencari
tahu kebenaran. Hingga beliau berusaha mendekat kepada tokoh-tokoh tasawuf pada masa
itu.
Salah satu tokoh tasawuf yang terkenal pada
masa itu adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu
Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri Tarikat Al-Syadziliyah yang kemudian menjadi guru
dan pembimbingnya dalam tasawuf. Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai
Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus
Mursyid ke tiga dari tarikat Al-Syadzili.
Banyak buku karangan beliau dari berbagai disiplin ilmu
hingga tidak kurang dari 20 kitab. Yang akan saya terjemahkan disini adalah
salah satu dari karangan beliau yang termasyhur dan hampir setiap ulama tasawuf
pasti membaca kitab ini yaitu kitab Al-Hikam.
Hikam adalah kata jamak dari hikmah yang artinya kalimat-kalimat
singkat yang kaya makna. Menurut Syeh Muhamad Hayat Assindi di dalam kitab ini
terkumpul 264 hikmah, yang nanti akan dijelaskan hikmah per hikmah. Diantara
keistimewaan kitab hikam ini seperti dikatakan oleh ulama
لَو جَازَتِ الصَّلَاةِ بِشَئٍ غَيْرِ القُرْآنِ لَجَازَتِ
الحِكَامِ لِإِبْنِ عَطَاءِاللهِ
“Andaikata bacaan
surat di dalam sholat itu boleh digantikan maka kitab hikam ini adalah salah
satu yang patut dijadikan penggantinya”. Maka kitab ini salah satu diantara
kitab yang paling banyak di beri syarah hingga lebih dari 10 pensyarah.
24 Syawal 1440
Kampung Bambu Kuning, Marunda.